29 September 2024
Oleh: Raditya Siboro
Penulis Tinggal di Bandung
BANYAK pengamat di masyarakat tingkat RT/RW yang sebenernya lebih cocok disebut sebagai pengarang narasi atau framing yang isinya minim data. Hanya modal melihat pakai bola matanya sendiri lalu bilang sebuah pasar atau sebuah aktifitas kerumunan masyarakat sangat ramai, meriah, mendapat sambutan dari berbagai pihak.
Contohnya adalah tulisan pada foto yang disajikan ini, memang berapa orang sih yang mampu belanja mainan sampai harga jutaan? Memang berapa orang sih yang mampu beli tiket konser? Sampaikah dua ratus ribu orang semuanya?
Penduduk Indonesia ada dua ratus delapan puluh juta jiwa, angakatan kerjanya kurang lebih lima puluh persen atau sekitar seratus lima puluh juta jiwa, sisanya tidak bekerja atau masih sekolah.
Semuanya ripuh, repot, rentan. Dari seratus lima puluh juta jiwa angkatan kerja, yang mampu beli tiket konser paling hanya delapan puluh lima ribu jiwa, kecil sekali persentasenya. Kesimpulannya berarti memang negara lagi berantakan ekonominya, PHK di mana-mana, kelas menengah sudah dianggap hilang.
Hati-hati kalau dapet bacaan yang seperti tertera pada foto di atas itu. (*)