Tuesday, November 19

Pattimura Koffié Storiés


30 April 2024


Obrolan malam kelam dan kopi hitam di Jalan Pattimura, bersama kawan menutur kisah air yang mesti terus dijaga agar bersih dan layak dikonsumsi. Perjalanan dalam tualang merekam laut bening dan pantai-pantai elok rupawan…


Oleh: Dera Liar Alam


THOMAS Matulessy dikenal sebagai Kapitan Pattimura. Dia lahir 8 Juni 1783 di Saparua. Dicatat lembar sejarah bahwa leluhur keluarga Matulessy berasal dari Pulau Seram. Turun-temurun mereka berpindah Moyang Thomas Matulessy ke Titawaka, negeri yang sekarang dikenal dengan nama Itawaka.

Negeri pesisir Itawaka disebut awalnya bernama Titawaka, dari dua kata Tita dan Waka — tita atau titah berarti perintah, dan waka yang berarti jaga atau kepung. Kata Titawaka diterjemagkan sebagai perintah untuk pergi menjaga – sebagaimana termaktub dalam lirik Italili e, salah satu lagu tradisional dari Negeri Ullath yang memiliki keterikatan sejarah dengan Itawaka. Perintah untuk menjaga adalah perintah yang dikeluarkan oleh Raja Gunung Negeri Ullath yaitu fam Pattipeilohy kepada salah seorang dalam keluarganya dan beberapa kepala keluarga lainnya. Perintah atau titah tersebut mengharuskan sebagian dari masyarakat Ullath untuk pergi dalam suatu misi ke Jazirah Hatawano. Masyarakat Ullath yang kirimkan ke Hatawano harus menjaga suatu mata air tempat terjadinya pembantaian orang Nolloth. Mata air itu dikenal sebagai Air Potang-Potang dan berada di Negeri Itawaka yang sekarang. Begitu disebut dalam beberapa catatan.

Pattimura 1961 Indonesia Stamp
Sumber: Wikipedia

Di Jalan Pattimura, malam seperti bening membenam obrolan sumber air dan mata air, negeri yang dikenal sebagai tanahair. (*)