Tuesday, October 15

Pandangan Karl Marx Terhadap Agama


29 Mei 2023


The foundation of irreligious criticism is: Man makes religion, religion does not make man. Religion is, indeed, the self-consciousness and self-esteem of man who has either not yet won through to himself, or has already lost himself again. But man is no abstract being squatting outside the world. Man is the world of man – state, society. This state and this society produce religion, which is an inverted consciousness of the world, because they are an inverted world. Religion is the general theory of this world, its encyclopaedic compendium, its logic in popular form, its spiritual point d’honneur, its enthusiasm, its moral sanction, its solemn complement, and its universal basis of consolation and justification. It is the fantastic realization of the human essence since the human essence has not acquired any true reality. The struggle against religion is, therefore, indirectly the struggle against that world whose spiritual aroma is religion.

Religious suffering is, at one and the same time, the expression of real suffering and a protest against real suffering. Religion is the sigh of the oppressed creature, the heart of a heartless world, and the soul of soulless conditions. It is the opium of the people.

Terjemahan:

Fondasi dari kritisisme ireligius adalah: Manusia menciptakan agama, agama tidak menciptakan manusia. Agama, tentu saja, adalah kesadaran diri sendiri dan kepercayaan diri dari seorang manusia yang belum bisa memenangkan dirinya sendiri, atau merasa sudah kalah terlebih dahulu. Tapi manusia bukanlah makhluk abstrak yang dijongkokkan di luar dunia. Manusia adalah dunia dari manusia itu sendiri, – negara, masyarakat. Negara dan masyarakat ini menciptakan agama, yang merupakan kebalikan dari kesadaran akan dunia, karena mereka adalah dunia yang terbalik. Agama adalah teori umum atas dunia ini, sebuah kompendium ensiklopedis, logikanya dalam bentuk populer, aspek spiritual d’honneurya, antusiasmenya, sanksi moralnya, kesempurnaannya yang datar, dan basis universal dari penghiburan dan pengadilan. Perjuangan melawan agama, dengan demikian, adalah secara tidak langsung adalah perjuangan melawan dunia yang aroma spiritualnya adalah agama.

Penderitaan religius adalah, pada satu dan saat yang sama, ekspresi dari penderitaan yang nyata dan protes melawan penderitaan yang nyata. Agama adalah desah napas keluhan (sigh) dari makhluk yang tertekan, hati dari dunia yang tak punya hati, jiwa dari kondisi yang tak berjiwa. Agama adalah opium bagi masyarakat.

— Karl Marx —
☆☆☆☆


Oleh: Wahyu A.U.
Penulis adalah Guru Matematika
Tinggal di Papua


MARX sebenarnya sedang membuat argumen struktural fungsionalisme dari agama, dan secara khusus tentang agama yang terorganisir. Marx percaya bahwa agama memiliki fungsi tertentu dalam masyarakat yang mirip dengan fungsi opium terhadap orang sakit atau cedera. Ia mengurangi rasa sakit dan memberi ilusi yang menyenangkan kepada si sakit.

Di sisi lain, agama, seperti opium, juga mengurangi energi dan keinginan mereka untuk melawan realitas yang opresif, tak punya hati, dan tak punya jiwa yang telah dipaksakan kapitalisme kepada mereka.

Marx sering menulis tentang agama dan tidak bersikap anti terhadapnya. Ia tidak memiliki komitmen pandangan apapun saat awal menulis tentang agama.

Namun ketertarikannya untuk memasukkan gagasan tentang agama diawali dengan ketertarikannya pada kritik agama yang disampaikan oleh Bruno Bauer dan terutama oleh Ludwig Andreas von Feuerbach atau lebih dikenal sebagai Ludwig Feuerbach secara radikal.

Inilah yang membuat Marx menemukan adanya hubungan ‘kotor’ antara gereja dengan pemegang kekuasaan yang terjadi di ranah agama dan politik Eropa pada abad 19. Marx sadar dan geram dengan kenyataan bahwa kaum elit penguasa itu menggunakan agama untuk memobilisasi rakyat untuk memenuhi kepentingan mereka sendiri.

Argumen Marx bersama Friedrich Engels adalah bahwa agama harus dijelaskan dalam konteks kondisi sosial dan ekonomi, tidak selamanya harus teologis dan terkotakkan pada dikotomi pahala-dosa dan surga-neraka. Penulisan tentang agama dilakukan sebagai bagian dari budaya masyarakat Eropa pada zaman itu yang terbuka terhadap pemikiran baru dan kritis. (*)


Referensi:


^ McKinnon, AM. (2005). ‘Reading ‘Opium of the People’: Expression, Protest and the Dialectics of Religion’. Critical Sociology, vol 31, no. 1-2, pp. 15-38.
^ a b Marx, K. 1976. Introduction to A Contribution to the Critique of Hegel’s Philosophy of Right. Collected Works, v. 3. New York.
^ Ellwood, Robert S.; Alles, Gregory D. (2007-01-01). The Encyclopedia of World Religions (dalam bahasa Inggris). Infobase Publishing. hlm. 160–161. ISBN 9781438110387.
^ a b “What is the opium of the people?”. 1843. 2015-01-05. Diakses tanggal 2016-12-17.
^ Lenin, V. I. (2007). Religion. READ BOOKS. hlm. 5. ISBN 9781408633205.
^ Lenin, V. I. “About the attitude of the working party toward the religion”. Collected works, v. 17, p.41. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-07-20. Diakses tanggal 2006-09-09.
^ Lenin, V. I. “Socialism and Religion”. Lenin Collected Works, v. 10, p.83-87. Diakses tanggal 2014-11-09.