
06 Oktober 2025
Estorie selalu kaya babad berbagai kisah. Tualang tak pernah henti pada satu titik, suatu mimpi pernah nyata di zamannya, lalu berganti, mendaur lama baru, berulang-ulang. Langkah-langkah tarikan gerak berulang, dari lurung perdesaan, dari glamour elite kota, melupa pulang. Bila anda sempat mampir di Moulin Rouge, sampaikan salam saya pada segelas haus nan fana. Saya Indonesia.
Oleh: Dera Liar Alam
Gambar: The Moulin Rouge in 2011 – Uploaded by Juanedc
MOULIN ROUGE dibuka 06 Oktober 1889. Moulin Rouge, yakni Kincir Angin Merah simbol budaya Prancis: poin yang berada di area lampu merah Pigalle itu telah menginspirasi sejumlah pertunjukan panggung dan film. Lokasinya hanya sepelemparan batu dari kawasan bohemian Montmartre.
Louise Weber, selasatu nama masyur di Kincir Angin Merah. Louise Weber penari can-can ulung dan ambisius dengan julukan La Goulue, bermakna ‘si rakus’. Hal ini terkait kebiasaan Weber menenggak minuman dari gelas pelanggan sambil terus lenggak-lenggok melintasi meja.
Tercatat di ‘Toulouse-Lautrec: Biographies — La Goulue’, Semasa kecil, Louise Weber adalah gadis Yahudi miskin yang gemar menari. Ia berdandan dan pura-pura jadi bintang glamor di panggung fenomenal. Pada usia 16 tahun, ia bekerja dengan ibunya di binatu. Tanpa sepengetahuan ibunya, ia mulai menyelinap ke ruang dansa mengenakan gaun yang akan ia ‘pinjam’ dari pelanggan mereka.
Louise Weber dengan cepat populer karena tariannya di klub-klub kecil di Paris. Ia disukai karena keterampilan menari dan perilakunya. Dalam rutinitasnya, ia menggoda penonton dengan mengibaskan gaunnya yang terangkat untuk memperlihatkan sulaman hati di celana dalamnya. Trik lain yang ia lakukan adalah menendang topi pria dengan ujung kakinya.
Penari can-can lainnya yang selalu hadir di Moulin Rouge adalah ‘La Mélinite’ Jane Avril. Selain penari dia juga terkenal sebagai model. Kehidupan dia dan perannya di dunia seni Prancis didokumentasikan dalam berbagai arsip dan film dokumenter. Ciri khas tarian Jane Avril adalah gerakan tersentak-sentak dan putaran tiba-tiba.
Penulis Jose Shercliff, menyebut Jane Avril sebagai Jeanne Richepin. Nama aslinya Jeanne Louise Beaudon. Diceritakan bahwa ibu dari Jane Avril adalah Léontine Clarisse Beaudon, pelacur yang dikenal sebagai ‘La Belle Élise’. Ayah dari Jane Avril adalah bangsawan Italia bernama Luigi de Font. Luigi de Font berpisah dari Léontine Clarisse Beaudon ketika Jane Avril berusia dua tahun. Kemudian Jane Avril dibesarkan kakek-neneknya di perdesaan sampai ibunya, La Belle Élise, membawanya kembali dengan maksud menjadikannya pelacur.
Gaya hiburan dan modern pattern tari can-can dapat dibilang tercetus di Moulin Rouge. Gerak energik terinspirasi dari quadrille, penari berkostum provokatif. Champagne evenings ditandai pentas meriah, variasi pertunjukan mengalir dan terus berubah laksana Le Pétomane. Atmosfir distrik Montmartre nan modis, tata ruang rumit, menghisap tatap orang-orang dari berbagai kelas tertuju ke Moulin Rouge.
Orang-orang berbaur, berinteraksi di sana: para tajir, kelas menengah, pekerja, pengembara, pengusaha, penduduk lokal, para modis, seniman, kelamin-kelamin, plural. Arsitektur auditorium revolusioner memungkinkan perubahan dekorasi cepat mendorong interaksi sosial di antara semua pengunjung.
Sang kreator, Josep Oller i Roca, menjuluki Moulin Rouge sebagai ‘The First Palace of Women’. Tak pernah dimimpikan sebelumnya oleh Louise Weber sang Yahudi miskin itu untuk pernah menari di situ. Dari Moulin Rouge-lah La Goulue tercetus bagi Louise Weber.
Siapa sangka nasib si krempeng Jane Avril ada di Moulin Rouge? Penari dengan lenggak tersentak-sentak, dan tiba-tiba memutar tampil di sana. Dari kehadiran Jane di Moulin Rouge, ia dijuluki La Mélinite, bermakna seperti ledakan.
Sang La Mélinite itu berkawan dengan Henri de Toulouse-Lautrec, pelukis yang memopulerkan dia melalui karya-karya seninya.
Kunjungan pribadi Pangeran Wales ke Paris, 26 Oktober 1890, dia memesan meja di Moulin Rouge untuk nonton pertunjukan quadrille. Di sana, Louise Weber ‘si rakus’ menyapanya dengan seruan khas, “Hey, Wales, the champagne’s on you!”
Bal des Quat’z’Arts memicu skandal dengan prosesinya tampilkan Cleopatra telanjang dikelilingi para perempuan muda telanjang. Ketika itu, 1893.
Moulin Rouge hari ini berusia 136 tahun. Apa yang anda ingat dari Moulin Rouge, entah cabaret atau khayal disapu angin badai singgah di Basilica of the Sacré Cœur, mampir di Saint Pierre de Montmartre.
Sajak estorie menerawang purba, kelahiran telanjang. Membaca menulis, mengingat Le Chat Noir. Mengingat gagas fin de siècle. Harap mula nan baru. (*)