Little Boy

07 Agustus 2025

Pelabuhan di tepi Laut Pedalaman Seto, dikenal sebagai pusat industri tekstil dan barang-barang dari karet. Hiroshima didirikan abad ke-enam belas sebagai kota istana di delta Sungai Ota.

Oleh: Daniel Kaligis

Gambar: Citizens of Hiroshima walk past the A-Bomb Dome, the nearest building to have survived the city’s atomic bombing in 1945, on their way to a memorial ceremony on August 6, 2004.
Sumber: wikimedia

GENBAKU DOME — ada di pusat Hiroshima, Prefektur Hiroshima, Jepang. Monumen yang sebagian gedung adalah sisa ledakan bom atom dan salah satu Situs Warisan Dunia UNESCO sejak 1996. Lokasi ini adalah simbol harapan umat manusia untuk perdamaian dunia dan pemusnahan senjata nuklir.

Saya belum pernah ke sana. Hanya membaca terminologi dan coba mengeja agar tak asing di ingatan: Prefektur Hiroshima, Akiōta, Akitakata, Fuchū, Hatsukaichi, Higashihiroshima, Kaita, Kitahiroshima, Kumano, Kure. Dicatat ada berapa sungai, yaitu Ōta, Sanjō, Seno, Yahata, Kyūōta, Motoyasu, Tenma, Kyōbashi, Enkō, dan Fuchūōkawa. Di sana ada gunung Bizenbō dan Shiraki.

Ramu artikel ini adalah reka cerita dari berbagai bacaan. Medio 2020, saya catatkan, “Little Boy, kode yang diberikan untuk senjata nuklir yang dijatuhkan di Hiroshima, Jepang, Senin, 06 Agustus 1945. Little Boy dilontarkan dari pesawat B-29 Flying Superfortress — Enola Gay, dipiloti Letkol. Paul W. Tibbets, dari ketinggian 9.450 meter (31.000 kaki). Little Boy meledak pada 08.15 pagi waktu Jepang ketika mencapai ketinggian 550 meter.”

Kronologi perang: Anak-anak usia sekolah dievakuasi ke luar kota memperhitungkan Hiroshima akan dijadikan target militer, 03 April 1945. Bom atom luluhlantakkan Hiroshima, 06 Agustus 1945.

Membaca ‘Hiroshima’, di situs AJ — The Manhattan Project: Making the Atomic Bomb, diulas John Hersey, disebut bahwa, “In the early morning hours of August 6, 1945, a B-29 bomber attached to the 590th Composite Group took off from Tinian Island and headed north by northwest toward the Japanese Islands over 1,500 miles away. Its primary target was Hiroshima, an important military and communications center with a population of nearly 300,000 located in the deltas of southwestern Honshu Island facing the Inland Sea. The Enola Gay, piloted by Colonel Paul Tibbets, flew at low altitude on automatic pilot before climbing to 31,000 feet as it neared the target area. As the observation and photography escorts dropped back, the Enola Gay released a 9,700-pound uranium bomb, nicknamed Little Boy, at approximately 8:15 a.m. Hiroshima time. Tibbets immediately dove away to avoid the anticipated shockwaves of the blast. Forty-three seconds later a huge explosion lit the morning sky as Little Boy detonated 1900 feet above the city, directly over a parade field where the Japanese Second Army was doing calisthenics. Though already eleven and a half miles away, the Enola Gay was rocked by the blast.”

Ambang pagi, manakala Little Boy dilontar ke sasarannya, Paul W. Tibbets ‘penunggang’ Enola Gay segera menukik untuk hindari gelombang kejut ledakan. Lalu, empat puluh tiga detik kemudian, ledakan dahsyat menerangi langit pagi Hiroshima. Kota diselimut kabut, awan mendidih meninggi mengembang bak jamur raksasa.

Little Boy merupakan senjata nuklir pertama dari dua yang pernah digunakan dalam perang. Mk I Little Boy memiliki panjang 3 meter, lebar 71 centimeter, berat 4000 kilogram. Rancangannya menggunakan aturan pistol untuk meledakan sub-massa kritikal uranium-235 dan tiga U-235 ring target bersamaan untuk menjadi super-massa kritikal, mengawali reaksi berantai nuklir. Senjata itu terdiri dari 60 kilogram U-235, di mana 0,7 kilogram mengalami reaksi fusi. Uranium diperkaya di pabrik raksasa di Oak Ridge, Tennessee selama Proyek Manhattan. Ledakan Little Boy menghasilkan 13 kiloton TNT, yaitu 5,5×1013 joule = 55 terajoule.

Bertahun-tahun kemudian setelah 1945, Suatu ketika, warga Hiroshima berjalan melewati Genbaku Dome, bangunan terdekat yang selamat dari pengeboman atom kota itu pada tahun 1945. Dalam perjalanan, para warga itu menuju upacara peringatan jatuhnya bom atom di sana, 06 Agustus 2004. Gambar itu yang saya bubuhkan pada artikel ini.

Hiroshima di zaman lampau seperti mengeja mimpi para daimyō, atau daimyōshu, yakni kepala keluarga terhormat – orang-orang yang punya pengaruh besar di suatu wilayah. Di dalam masyarakat samurai, istilah daimyō digunakan untuk samurai yang memiliki hak atas tanah luas dan punya banyak bushi sebagai pengikut. Sosok Mōri Motonaga menjadi daimyō pemersatu wilayah Chugoku mendirikan kota di delta Sungai Ōta dengan alasan kemudahan transportasi ke Laut Pedalaman Seto. Lalu Mōri Motonaga dilanjutkan Mōri Terumoto.

Berikutnya, medio 1589, Mōri Terumoto mereklamasi tanah dan memerintahkan pembangunan istana Hiroshima.

Diketahui yang mana pada zaman Meiji hingga berakhirnya Perang Dunia II, Hiroshima merupakan pusat industri militer dan logistik untuk keperluan perang. Di antara produk kebanggaan kota Hiroshima adalah mobil Mazda, makanan ringan merek Calbee dan saus merek Otafuku.

Zaman deras berganti, Mōri Motonaga, Mōri Terumoto, Meiji, tak pernah mengira memprediksi peristiwa di kemudian hari. Sekian waktu berlalu. Little Boy menyasar Hiroshima, menyambar nyawa tujuh puluh ribu penduduk kota, termasuk sekitar dua puluh penerbang Amerika tawanan Jepang.

Tercatat, pada akhir 1945, jumlah korban tewas di Hiroshima meningkat menjadi seratus empat puluh ribu orang seiring meningkatnya jumlah kematian akibat penyakit radiasi. Berikut lima tahun kemudian, totalnya mencapai dua ratus ribu nyawa tewas karena bencana 06 Agustus 1945. Little Boy membikin kehancuran total seluas lima mil persegi, dengan hampir semua bangunan di Hiroshima hancur atau rusak.

Hiroshima, Genbaku Dome, Little Boy, amaran yang tetap relevan hari ini supaya umat manusia berdamai. Maka, berdamailah bumi. (*)