04 April 2023
Oleh: Dera Liar Alam
SAJAK revelation diperlengkapi selama berpuluh masa menunggu penganonan, berproses dalam benak kekuasaan – namun, angka-angka diperdebatkan: apakah 666 atau 888, bilangan nama anak manusia. Begitu telah dicatat dalam dogma, dan jadi keyakinan sejumlah person.
Relevation, sajak tangis ketika bait kudus diratatanahkan. Kekuasaan butuh situs tanah suci baru, alcerita bergeser: Makkah Madinah dihadirkan tahun 600-an Masehi, gantikan Yer-USA-Lem.
Sejak itu, dua kitab, satu sumber, mendominasi kuasa, menikam mindset rakyat yang diperbudak diperkudakan dikeledaikan diuntakan didombakan dikambingkan dibabikan diharamkan dinajiskan: itulah dipandang sebagai agama langit, samawi. Ada dua kitab yang terus berkelahi, menyebut merebut pengaruh, kami paling benar.
Bukti-bukti teks dan situs di Timur dipaksa_musnah_lenyap. Namun fakta nama tak dapat dielak. Orang-orang di Timur menutur, matahari mulai dari sana, x adalah faktor manusia dan kemanusiaan lalu dramaturgi pedang menancap bumi, salib.
Matematika keyakinan memang ajaib: x = + lalu x dipertentang y.
XY ayat-ayat dalam satu kitab memang ketakutan pada ‘kritik teks’. Padahal ayat-ayat memang faktanya bertentangan. Keyakinan takut pada science dan pencerahan, sebab bisnis ayat-ayat akan hilang sengatnya…
Ketika Timur diserang, kemanusiaan itu tak membalas. Mereka rela, demi semesta alam nan damai, demi cinta kasih seperti yang didramaturgikan kitab-kitab yang mengaku suci, namun memaksa percikan darah terus memancar di tirai misteri. (*)