Saturday, November 23

Susastra

Di Bayang Luna
Susastra

Di Bayang Luna

06 Juni 2022 Oleh: Daniel Kaligis Penulis adalah jurnalis penulis Air sungai menjadi tembaga Mendung turun di kaki langit Hutan ungu seperti dasar samudera nan kelam... Suatu ketika Musim bunga tiada lagi Bocah-bocah menangis: Love is a war, love is a battle... Kita, bercinta dalam api Lalu benih-benih teori menjelma setapak politis tak berujung, Huruf-huruf sudah ditenun untuk cacimaki; Doa-doa seragam, memahat laknat bagi anak-anak turunan kita, Kemudian kita menamainya investasi... (*) Sky Garden, 07 Juni 2014
Di Taman Bermain Malam itu
Budaya, Susastra

Di Taman Bermain Malam itu

02 Juni 2022 Oleh: Arman Yuli Prasetya Penulis adalah Penulis Tinggal di Bojonegoro Gambar: Ujung senja di suatu taman SORE ketika matahari ingin pergi, para pedagang datang. tanpa diminta menata gerobaknya. Pop ice, cilok, sempol, martabak telor, aku lupa, apa saja di sana. Ada yang menunggu, keramaian datang ke sini. Bila malam semakin dekat. Datang tenang dalam dadanya. Di bawah sinar lampu merkuri yang menyala. Bau aspal terlindas roda. Ia sambut gembira. Aku hanya jarak yang mengamati tanpa merasa. Seperti hidup apakah ini mimpi. Di antara suara odong-odong, juga kegembiraan anak-anak bermain di istana angin. Aku tak bisa kembali menjadi anak-anak lagi. Hidup telah payah berulangkali. (*)
Penggalan Mantera yang Tertinggal
Susastra

Penggalan Mantera yang Tertinggal

01 Juni 2022 Di suatu petang, di sebuah gang, ketika Nunun, anak jalanan Cempaka Putih kehilangan adiknya, 1997 Oleh: Emmy Sahertian Penulis berkegiatan di Aliansi Nasional Bhinneka Tunggal Ika Gambar: Ilustrasi – Dera Liar Alam AKU membaca mantera sila-sila perkasa itu, sambil membuai adikku terbungkus kain kumal nan lapuk, ketika mengorek gundukan sampah itu... Ada kertas bertulis: Ketuhanan yang maha esa Kemanusiaan yang adil dan beradab Persatuan indonesia Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan Terhenti di sini, sepenggal kata terakhir tertinggal, tak sempat kubaca karena adikku menangis pilu. Kembali kubaca mantera sila-sila perkasa itu lagi, sambil menggendong adikku yang masih menangis menunggu ibu bapakku pulang dari menco...
Padamnya Nyala
Susastra

Padamnya Nyala

25 Mei 2022 Oleh: Arman Yuli Prasetya Penulis adalah Penulis Tinggal di Bojonegoro Gambar: Cahaya hidup dalam gelap PADAMNYA nyala ialah arah tempat bara api dihujamkan. Aku temui kesaksian dari api yang tak pernah bisa digenggam. Bila wujudmu adalah ketiadaan. Aku hilangkan tanpa yang membuatmu ada. Adalah cahaya bukti gelap nyata. Hiduplah mimpi membenamkan waktu antara tubuh dan jiwa. Cahaya-cahaya hidup dalam gelap. Aku pejamkan mata menghidupkan segala cahaya. Ruang betapa terasing ketika ada, waktu adalah ketika kau lupa mengingat ingatanmu. Saat kecepatan menemukan sunyinya, biarlah hilang segala yang menjadikannya ada. (*)
Doa Malam Memeluk
Susastra

Doa Malam Memeluk

21 Mei 2022 Walau telapak meminta, dan aku tak pantas mendapat apa-apa: “Telapak tangan menengadah, kutujukan pada seorang bocah nan suci dan dalam dekapku. Kini bibir bertemu bibir, doa itu hadir di setiap pelukkan dalam malam,” tutur Delima, kawan ceritaku di negeri seberang... Oleh: Daniel Kaligis KABUT bila air mata merenung Sisa senja bergelimang tangis Anak manusia menadahkan telapak Di trotoar empat lima Kapan kembali malam memeluk mimpimu Menghirup pekat asap knalpot Atau sisa-sisa yang mereka beri Supaya kenyang kau kenang dalam lapar Cukup makna derap jalan kereta Roda yang mendetak-detak lubang jalanan Saat kau pungguti seketul harap Yang ditendang keluar saku Tangismu kering dikira amsal Kau tuliskan dengan mata hati terima kasih Yang tak pernah kau pelajari dal...
Balada Kelamin-Kelamin
Estorie, Susastra

Balada Kelamin-Kelamin

13 Mei 2022 Oleh: Emmy Sahertian Penulis berkegiatan di Aliansi Nasional Bhinneka Tunggal Ika Gambar: Seni instalasi karya Elina Simbolon memperingati 20 tahun peristiwa Mei 1998. Sumber: theconversation.com HARI ITU tanggal satu bulan satu tahun satu, ada ritual ilahi Tuhan menenun kelamin-kelamin Untuk mengalir cairan hidup…, merah… …putih… Dan dari liang yang lentur itu keluarlah kepalamu, …kepalaku… Berisi semua: Huruf –huruf Angka-angka Garis-garis Noktah-noktah Warna-warna, dan mimpi-mimpi Tiap hari melekat dekat merekat Nikmat dalam cinta Berjuta bahkan triliunan tahun kemudian Hari ini tanggal 13 Mei tahun 1998 Ada ritual birahi Kelamin-kelamin berseliweran tanpa arah Liar… Menusuk… Merobek… Mengumpat… Dan liang-liang memerah  itu  meradang… Luka dalam dendam. Belin...
Sejarah Bisu
Susastra

Sejarah Bisu

11 Mei 2022 Oleh: Oppy FritSia Moningka Penulis tinggal di Jakarta Kota menua... Terbatuk-batuk dalam nafas polusinya... Paru-paru menghitam diselimut dendam Kelamnya malam di tanah penggusuran Tembok-tembok kelabu... Adalah sejarah yang telah bisu Berkerut-kerut dilumuti kencing gelandangan Sementara di kursi Kutu busuk sibuk berpoligami Kota makin renta dijemput senja Kita di mana (*) 23 Desember 2009
Teringat ceritamu, saat kau pulang tahun lalu
Susastra

Teringat ceritamu, saat kau pulang tahun lalu

08 Mei 2022 Oleh: Arman Yuli Prasetya Penulis adalah Penulis Tinggal di Bojonegoro Gambar: Sudut Jakarta suatu ketika Satu Kau bawa Jakarta dalam empat sudut di punggungmu. Dua Sudut kiri atas kau pernah melihatnya, gedung-gedung tinggi, tidak ada majelis di sini, majelis hanya terhubung oleh kepentingan, malam dan sinar bulan memantul pada kaca, malam dan rapat, tender dan proyek. Fee bukan rahasia lagi. Tak ada lagi hikayat di sini, hanya mesin faksimile serta tumpukan thermal paper yang semakin sepi. Lima tahun waktu yang sangat lama untuk berbisnis lagi. Tiga Sudut kanan atas, teringat Miriam Budiardjo, saat di bangku sekolah menengah atas. Ada tiga sifat yang tercatat pada buku tulis tata negara milikmu. Lima tahun sekali akan berbondong-bondong lagi. Kau tak...
Birama Kelam
Susastra

Birama Kelam

01 Mei 2022 Haus lapar di bawa dalam tidur, mimpi sistem bercampur dalam cawan keyakinan: dijadikan budak selamanya. Kemudian bangkit dihajar cambuk regulasi, pontang-panting, sisa jadi bangkai, semua nanti bangkai pada saatnya: tiada lapar tiada haus tiada ilusi imajinasi... Oleh: Dera Liar Alam Gambar: Dalou Travailleurs des champs et de la ville – Wikimedia Path: Subuh samar yang memar Travailleurs, jejak merekah di atas kelopak embun, Siapa hitung keriapmu? Sunyi menggambar: Tapak-tapak, bekas. Jejak hilang di ujung persimpangan Regulasi, setapak basi, jalan dihembus pembangunanisme Negara pecut kaki-kaki. Lengan, kaki, terus mendayung badai sampai mati Birama kelam, Wahai tapak-tapak luka Sungai sejarah jadi tinta darah Catatkan kebosanan membiru di kekumuhan kota Di sana...
Musim Bunga
Susastra

Musim Bunga

29 April 2022 Oleh: MiRa Roe Penulis adalah sastrawan penulis Gambar: Laburnum anagyroides - Golden Chain Tree Amstel Kade – berlatar belakang rumah di atas air dan taman bunga – April 2010 Daun bersemi Hijau menghias kota Bunga merekah Ingatan malam hari Sinar bulan membayang Aaah, terik matahari melayukan bunga dan daun-daunan, hingga tunduk tanpa daya. Hukum alam telah mengajarkan pada kita semua, bahwa hidup manusia dihitung dalam batasan waktu menuju kuburan, sekali pergi tak mungkin kembali lagi. Mengenang masa Usia melebur duka Berbina jasa Megah merah, berdarah Hayat dikandung badan Kuingat pesan akhirmu, ayah, bahwa kehormatan, kemasyuran dan nama harum bukanlah titik akhir idaman hidupmu, walaupun hidup, mati, hina dan mulia adalah pemberian alam. Kilatan petir D...