Monday, March 3

Bisik Sunyi Pelayaran


30 Januari 2025


Sepi, bisiknya cekung samudera kuno bersambung – asin dan asing lalu dari massa daratan, palung-palung tercipta jutaan tahun lalu dibanjiri dogma merasuk ke tanah besar. Anak-anak masih mengumandang serenade yang mereka cipta dari sunyi, diri nan luka: pulau-pulau disambung timbunan tiang-tiang pembangunanisme menelantarkan bergerbong-gerbong soal tak pernah tuntas…


Oleh: Dera Liar Alam


Gambar: Perahu Layar Sandar di Dermaga


PELANCONG, pengembara, anak manusia, kerap ke sini. Sekedar singgah, berfoto, atau berbagi cerita dengan siapa saja, mungkin kenalan baru, baru kenal. Dari sini, di tepi Selat Makassar, memandang kabut ribu mile di seberang sana. Setahun lewat mengambil foto yang terpampang ini seraya menunggu gulita turun. Saya menenun syair. “Anak-anak berlari menyambut gelombang Arfai, penyeberang memacu dayung tuju Mansinam, bisik-bisik di Raimuti, Lemon Island. Sepi merasuk taxiway, orang-orang bersalaman di Rendani.” Banding memori pengembaraan sambil memotret di dua ribu empat belas kala itu memandang lampu-lampu di Teluk Doreri sajak itu saya catatkan. Sekitar dua ribu mile dari Selat Makassar ke Teluk Doreri, mana mungkin dapat memandang gelombang Arfai? Mana boleh mencermati anak-anak berlari bermain di pesisir? Jarak tak jadi soal bagi kami pengembara, sekarang di sini, besok ada di sana. Jauh dari jiwamu.

Di sana, di Teluk Doreri. Tersebut yang mana lokasi ini adalah jalan masuk ke Manokwari melalui jalur laut. Menyebut Doreri ingatan kita ada di tembang ‘Apuse’, kisah anak pamit pada nenek dan kakeknya, pergi merantau ke Doreri. “Apuse kokondao, yarabe Soren Doreri, wuf lenso bani nema bakipase, arafabye aswarakwar, arafabye aswarakwar: Kakek-Nenek, aku pergi ke negeri seberang, Teluk Doreri, membawa saputangan dan melambaikan tangan, kasihan aku, selamat jalan cucuku, kasihan aku, selamat jalan cucuku.”

Denise Nielsen Tackett & Larry Tackett mencatat di ‘Wreck Diving in Indonesia’, bahwa bawah laut Teluk Doreri adalah salah satu situs terbaik untuk jenis bangkai kapal yang beragam di Indonesia. Di sana ada tiga pulau kecil: Mansinam, Lemon, Raimuti di dekat Pantai Arfai yang punya koleksi terumbu karang unik menarik. Diperkirakan terdapat lebih dari dua puluh bangkai kapal berada di sana, namun yang dapat dilihat dengan jelas hanya enam bangkai kapal telah jadi terumbu karang dan obyek yang dapat diamati para penyelam.

Di sini, hampir sama, anak-anak berlari, atau sekedar berjalan. Menawarkan sesuatu, atau telapaknya tersodor minta sesuatu. Gelombang pelan di tepi, kadang mengamuk entah di bagian mana jauh samudera hilang ufuk – antara Kalimantan dan Sulawesi – lokasi ini berada pada area tektonik kompleks di tepi lempeng Eurasia. Bagian utara selat Makassar yang berhubungan dengan Laut Sulawesi, bagian terdalam dicatat sekitar dua ribu lima ratus meter. Bagian selatan selat merupakan bagian dangkal dengan kedalaman kurang dari dua ribu meter, bersambung tuju paparan dangkal Laut Jawa bagian timur.

Bila sempat, anda dapat membaca kutipan itu pada judul artikel lain yang saya kumandangkan di media sosial. Mari tambahkan dalam catatan kita, Cekungan Pasifik Barat Laut – kawasan siklon tropis teraktif di Bumi – hampir sepertiga dari siklon tropis tahunan di dunia terbentuk di sana.

Dari titik ini membaca berita, mendengar eceh omelan, angin, api, musnah. Celaka disebut turun dari kuasa langit. World Weather Attribution menyebut perubahan iklim meningkatkan kemungkinan cuaca kering dan panas yang memperbesar dampak kebakaran hutan Los Angeles sebanyak tiga puluh lima persen. Penelitian World Weather Attribution mengonfirmasi perubahan iklim sebagai salah satu faktor utama kebakaran hutan yang dimulai awal Januari itu. Di sana badai menderas, kemudian kobar api. Di sini genangan, air merasuk hingga haus jadi nyata tentang kesenjangan.

Tualang, pelayaran, rompak, dst, pernah dicatat bahwa suku-suku di Teluk Cenderawasih adalah suku di Papua yang pertama kali melangsungkan pelayaran maritim. Suku-suku tersebut berasal dari kepulauan Biak-Numfor, Yapen-Waropen, Teluk Umar, Kepuluaun Haarlem, dan Teluk Wondama. Menurut catatan tertulis, sejarah maritim orang Papua dari Teluk Cenderawasih ini sudah berlangsung lebih awal dari Abad Delapan, sebelum kehadiran para pelaut Nusantara, Tiongkok dan Eropa di Nieuw Guinea.

Membandingkan tulisan sejarah di dua lokasi beda, masih di bumi sama. “Dalam berbagai literatur sejarah di Indonesia Timur, sejauh ini hanya orang Makassar yang diakui sebagai pelaut tanggguh. Selain pernah ke Madagaskar, mereka pun dikisahkan kerap bolak-balik Makassar-Australia untuk menjalin hubungan dagang dengan suku Aborigin. Namun tak banyak orang tahu jika suku Biak dari Papua, juga telah dikenal lama sebagai pengarung samudera yang tangguh.” Bagitu dicatat A.B. Lapian dalam ‘Orang Laut, Bajak Laut, Raja Laut, Sejarah Kawasan Laut Sulawesi Abad XIX’.

Sekarang ada di sini, memotret perahu-perahu bertiang sunyi. Kita, bisik sunyi pelayaran.

Daratan dan samudera, hempas siklon tropis, dan anak-anak pesisir meneriakkan hafalannya sumbang, untuk dirinya haus lapar dan terbiar. (*)

Seri: Pesta Sastra Tanah Leluhur