12 Juli 2021
Oleh: Dera Liar Alam
Penulis adalah jurnalis penulis
Berani-beraninya Taliban merampas hak saya atas pendidikan!
Demikian seruan pertama Malala di depan televisi dan radio.
Kutipan seruan itu ditulis Rick Westhead, reporter The Star, 26 Oktober 2009.
HARI LAHIR MALALA dikenang masyarakat internasional sebagai Malala Day, ditetapkan oleh Sekretaris Jendral PBB, Ban Ki-moon, mewakili tujuan pendidikan bagi seluruh anak.
Kekerasan, pembantaian, penindasan kemanusian masih berlangsung di mana-mana, secara khusus tersorot di negeri peninggalan dinasti Persia, Khalifah Ummayah, kekaisaran Maurya, kekaisaran Mongol, kesultanan Mughal, kesultanan Sikh, berikutnya imperialist Inggris. Itulah Pakistan.
Negera di Asia Selatan, lebih dikenal sebagai Republik Islam Pakistan. Negara itu berbatas dengan Afghanistan dan Iran di sebelah barat, India di timur, dan Tiongkok di timur laut. Tajikistan berada sangat berdekatan dengan Pakistan, dibatasi daratan sempit yang disebut Koridor Wakhan.
Negeri yang mestinya strategis di antara area penting Asia Selatan, Asia Tengah, dan Timur Tengah. Di sana Malala Yousafzai, lahir: 12 Juli 1997.
Di sana, di bawah bendera kekuasaan Taliban, adalah mimpi buruk bagi setiap orang. Demikian digambarkan Rick Westhead pada artikel bertajuk ‘Brave defiance in Pakistan’s Swat Valley’ di The Star. Takut, paranoia, panik berkepanjangan. “Tidak ada aturan, hanya hukum rimba,” demikian ditutur Zia Yousafzai, sebagaimana ditulis Rick. Orang-orang dipenggal, perempuan ditembaki.
Malala pelajar berkebangsaan Pakistan dan aktivis pendidikan dari kota Mingora di distrik Swat, Pakistan Khyber Pakhtunkhwa. Dia diketahui bergiat untuk pendidikan dan aktivisme hak-hak perempuan di Lembah Swat, di mana perempuan Taliban telah dilarang bersekolah. Zia adalah ibu dari Malala.
Kelompok Taliban dibentuk September 1994, dan mendapat pengakuan diplomatik Uni Emirat Arab, Pakistan, Arab Saudi, dan Republik Chechnya Ichkeria yang tidak diakui dunia. Menurut, Taufik Adi Susilo di Ensiklopedia Pengetahuan Dunia Abad 20, kelompok itu mendapat dukungan dari Amerika Serikat dan Pakistan. Dewan Keamanan PBB mengecam tindakan Taliban karena kejahatannya terhadap warga Iran dan Afghanistan. Taliban melakukan berbagai aksi pelanggaran HAM di Afghanistan.
Pemerintahan Taliban digulingkan Amerika Serikat karena dituduh melindungi pemimpin Al Qaeda, Osama Bin Laden, juga dituduh Washington mendalangi serangan di World Trade Center, New York, 11 September 2001.
Tentang WTC, pada tajuk ‘Italian Says 9-11 Solved’, American Free Press mengungkapkan hal sebaliknya, yakni keterlibatan CIA dan agen intelijen Israel, Mossad, dalam serangan 11 September 2001 sebagai skenario mengakuisisi negara-negara Arab, dalam hal ini Irak dan Afghanistan.
Pada awal 2009, di usia sekitar 11 dan 12, Malala Yousafzai menulis di blognya di bawah nama samaran untuk BBC secara mendetail tentang betapa mengerikan hidup di bawah pemerintahan Taliban, upaya mereka untuk menguasai lembah, dan pandangannya tentang pendidikan bagi anak perempuan.
Medio 12 Juli 2013, di hadapan Sekjen PBB, Ban Ki-moon, Presiden Majelis Umum, Vuk Jeremic, Utusan Khusus PBB untuk Pendidikan Global, Gordon Brown, dan pada lima ratus delegasi muda PBB, Malala menyatakan: “Hari ini bukanlah hariku. Hari ini adalah milik setiap perempuan, setiap anak laki-laki, dan setiap anak perempuan yang berani bersuara tentang hak-hak mereka.”
Tahun 2014, Malala bersama Kailash Satyarthi beroleh Nobel Perdamaian atas perjuangan mereka melawan penindasan anak-anak dan pemuda serta untuk mendapatkan hak pendidikan bagi mereka. (*)
Sumber Gambar: Geo News, Malala Yousafzai