
17 September 2025
Di samping kebunku ada mesjid, ada dua ekor anjing saat haus kerap minum air bah tempat wuduk, hal inilah yang membuat beberapa orang jengkel. Yang berbulu hitam, dadanya putih, ditembak dengan senapan angin, lalu empat hari kemudian ia mati. Aku kuburkan di dekat pohon pinang. Anjjng betina yang berbulu kuning, pinggangnya hancur, sepertinya dipukul dengan balok. Dalam keadaan tertembak di dada si bulu hitam menyeret pelan-pelan si betina yang pinggangnya hancur ke bawah dangau, ia mati dua hari sebelum si jantan. Aku kuburkan dia di dekat pohon durian. Aku tahu siapa pelakunya.
Oleh: Pidar Lingi
Penulis tinggal di Poland
AKU harus memperbaiki bahasa Inggrisku, terutama writing. Aku tidak bisa menulis dalam bahasa Inggris, grammar-ku hancur. Kadang tahu ucap, tak bisa tulis. Belum lagi dialek asliku adalah asam tropis yang tercampur dengan salad Filipina dan chapati India. Kalau pernah nonton film 3 Idiots adegan monokrom yang menyedihkan di rumah Rastogi, di mana air menetes 24 jam karena atap bocor, ayahnya lumpuh terbaring dan ibunya memasak sambil mengomel, nah, yang dia masak itulah chapati.
Bahasa bagiku adalah salah satu hal yang amat rumit setelah waktu dan uang. Aku juga merasa bakal tak lama lagi tinggal di Republik Polska ini, aku sedang mengintip dan menunggu lowongan pekerjaan di pedalaman desa Swiss, di perkebunan atau pertanian. Kurasa pekerjaan seperti itu sangat cocok bagiku.
Dulu di kampung, pagi hingga sore hari aku habiskan waktu di kebun, menghalau hama monyet dengan senapan angin yang sering bocor tabung anginya dengan ditemani seekor anjing yang berkaki tiga. Anjing yang malang. Ketika kakinya masih empat, ia sangat tangguh, diandalkan oleh para pemburu untuk perburuan babi pada hari Rabu dan Minggu. Satu hari kakinya putus saat berhadapan dengan seekor babi yang amat gagah. Sejak cacat, para pemburu itu tidak memakainya lagi, akhirnya ia bermain dan tinggal di kebunku, walau hanya jadi bahan tertawaan para monyet.
Sebelumnya aku memiliki dua ekor anjing penjaga kebun. Di samping kebunku ada mesjid, dua ekor anjing ini saat haus kerap minum air bah tempat wuduk, hal inilah yang membuat beberapa orang jengkel. Yang berbulu hitam, dadanya putih, ditembak dengan senapan angin, lalu empat hari kemudian ia mati. Aku kuburkan di dekat pohon pinang. Anjjng betina yang berbulu kuning, pinggangnya hancur, sepertinya dipukul dengan balok. Dalam keadaan tertembak di dada si bulu hitam menyeret pelan-pelan si betina yang pinggangnya hancur ke bawah dangau, ia mati dua hari sebelum si jantan. Aku kuburkan dia di dekat pohon durian. Aku tahu siapa pelakunya.
Aku sebenarnya tidak suka anjing, hewan favoritku adalah kucing. Kedua anjing itu datang dengan sendirinya ke kebun, mereka menyalak-nyalak kencang hingga monyet tidak berani turun. Itu membuatku senang, sehingga di hari berikutnya aku membawa sisa makanan untuk mereka.
Aku sering mendengar cerita tentang seorang pelacur yang iba kepada seekor anjing yang sedang kehausan, lantas ia melepaskan sepatunya dijadikan timba untuk menimba air di dalam sumur yang dalam, setelahnya pelacur itu wafat dan dia masuk surga. Cerita yang penuh simbolis yang hanya mampu dipahami oleh segelintir orang saja, sama halnya seperti kisah tujuh pemuda dan anjingnya yang tertidur di dalam gua selama tiga abad lebih (waktu), lalu ketika mereka terjaga, uang mereka tidak laku lagi.
Kalau terkadang ada beberapa kawan yang tidak paham ketika membaca status yang aku tulis, maka aku berharap mereka anggap saja statusku sebagai uang palsu. Uang adalah ilusi terbesar manusia. (*)