Thursday, February 20

Jejak Lara di Bara


05 Februari 2025


Oleh: Dera Liar Alam


Gambar: Jejak di Tepi nan Sepi


KAKI-KAKI berdaki telah tiba di sana, di rimba sunyi ribu masa silam. Di sana menunggu malam, memotret bintang, laut, dan gelombang. Mendengar suara-suara mengulang babad negeri di sisi hutan raya, entah siapa yang menetapkannya jadi milik tahta berdogma bias. Sajak-sajak telah datang, disematkan tanda, nama-nama bergema – tambak-tambak, belantara, sungai, gunung, pesisir di tanah laut.

Jejak, bekas pijak, kaki-kaki saya, berlumpur dan berluka. Pernah dalam tualang mengeja bait-bait: Luo River legend, Huanglong di langit selatan di langit utara, memintal huruf, sajak bagimu. Di sini bersua akar-akar, batu-batu, mangrove hilang satu demi satu. Lalu, mencuci kaki luka di percik gelombang air asin. Luò hé, bukan, bukan itu. Bukan alir yang itu, bukan juga kisah naga kuning barat laut Sichuan. Kolam-kolam berwarna oleh berbagai sisa, hanyut dari pemukiman dan menetap di sepanjang pesisir Bara.

Disebut sajak-sajak, wasiat diturunkan dari sang Turi’e A’ra’na, penggagas semesta dan buana. Sajak dieja agar Tau, yakni manusia, saling memuliakan menjaga wilayahnya. Dengar-dengar, baca-baca, semesta sajak.

Kaki-kaki, bekas. Sepanjang senja, malam, hingga senja lagi, terus gores bekas, sepasang jejak, luka, dan Bara. (*)