Friday, January 10

Sajak Mekar


07 Januari 2025


Bunga, hadir, mekar…
Merekam perjuangan, perlawanan, niat yang terus bersemi sepanjang musim…


Oleh: Dera Liar Alam


Gambar: die Weiße Rose


KEMBANG mekar saban musim itu ada di Wanua.
Pagi biru, saya merekam jingga Episcia Alloplectus, African Violet family: yaitu daun beludru, tekstur permukaan daunnnya berserabut halus menyerupai beludru. Di sekeliling Alloplectus ada Andina, Cupreata, Duidae, Lilacina, Prancei, Reptans, Xantha, Fimbriata, Sphalera, Rubra, etc.

Mawar putih, saya sasar kamera. Momentum yang ingatkan saya pada die Weiße Rose, gerakan perlawanan kalangan intelektual tanpa kekerasan di NS-Staat, dipimpin sekelompok mahasiswa dan dosen di Universitas München. Kelompok ini melakukan kampanye menyebarkan selebaran dan grafiti anonim yang menyerukan penentangan terhadap rezim Nazi. Dicatat sebagai kenang, NS-Staat — nama umum Jerman antara tahun 1933 dan 1945, ketika Adolf Hitler dan NSDAP yang ia pimpin menguasai negara dengan sistem kediktatoran — saat itu di bayang kendali Hitler, Jerman jadi negara totaliter. Segenap aspek kehidupan di sana dikendalikan pemerintah.

Kelompok die Weiße Rose awalnya menulis, mencetak, dan membagikan selebaran di kawasan München. Kemudian, anggota kelompok membawa salinan selebaran ke kota-kota lain, terutama ke bagian selatan Jerman. Diketahui die Weiße Rose menulis enam selebaran, yang digandakan dan disebarkan, dengan total sekitar lima belas ribu salinan dibagikan kepada masyarakat. Mereka mengecam kejahatan dan penindasan rezim Nazi, dan menyerukan perlawanan. Dalam selebaran kedua, die Weiße Rose ini secara terbuka mengecam penganiayaan dan pembunuhan massal Yahudi.

Ketika ditangkap, anggota die Weiße Rose baru saja akan menjalin kontak dengan kelompok perlawanan Jerman lainnya seperti Lingkaran Kreisau atau kelompok Schulze-Boysen atau Harnack dari Orkestra Merah. Ujung kisah, die Weiße Rose serta anggota dan pendukung kelompok perlawanan lain, diadili Volksgerichtshof Nazi. Sebagian besar anggotanya dijatuhi hukuman mati atau dipenjara.

Berbagai bunga, semi tiap saat, memberi warna pada hari. Bunga, mekar merekam perjuangan, perlawanan, terus bersemi sepanjang musim.

Episode lupa, kawan negeri seberang bilang, “Berkelanalah di negeri kami awal tahun. Di sini berbagai warna merekah manakala air bertaburan dari Nirvana.”

Hari silam, coba-coba, coba kita ulangi: Four Freedoms dieja Franklin Delano Roosevelt, 06 Januari 1941 – bebas berbicara dan mengemukakan pendapat, bebas beragama, bebas dari ketakutan, bebas dari kemiskinan.

Kembang mekar bebas berkibar diterpa badai musim, Wanua miskin idea dijajah dogma fasis. Kumandang pesta berdenyut di tiap berita copas supaya iklan-iklan boleh ditodong saban waktu. (*)


Seri: Pesta Sastra Tanah Leluhur