21 Mei 2022
Walau telapak meminta, dan aku tak pantas mendapat apa-apa: “Telapak tangan menengadah, kutujukan pada seorang bocah nan suci dan dalam dekapku. Kini bibir bertemu bibir, doa itu hadir di setiap pelukkan dalam malam,” tutur Delima, kawan ceritaku di negeri seberang…
Oleh: Daniel Kaligis
KABUT bila air mata merenung
Sisa senja bergelimang tangis
Anak manusia menadahkan telapak
Di trotoar empat lima
Kapan kembali malam memeluk mimpimu
Menghirup pekat asap knalpot
Atau sisa-sisa yang mereka beri
Supaya kenyang kau kenang dalam lapar
Cukup makna derap jalan kereta
Roda yang mendetak-detak lubang jalanan
Saat kau pungguti seketul harap
Yang ditendang keluar saku
Tangismu kering dikira amsal
Kau tuliskan dengan mata hati terima kasih
Yang tak pernah kau pelajari dalam buku suci
Bila malam doamu panjang
Bapa beri aku sekerat kesabaran
Bagi esok yang lumpuh dan sekarat
Artikel ini menang:
HOKI Online Literary Awards 2008
Diselenggarakan Kabar Indonesia kabarindonesia
22-Mei-2008|21:50:22 WIB