14 Februari 2022
Rambutnya panjang e mama, berikat merah dan putih, hidupnya siang malam hanya di rimba raya. Sajak perjuangan dari belantara Minahasa ini kemudian digubah, dinyanyikan sebagai ‘Sapa Suruh datang Jakarta’. Perjuangan membela ‘Merah Putih’ itu sepanjang zaman…
Dirangkum dari berbagai sumber
Oleh: Dera Liar Alam
Gambar: Nederlandse jager Piet Hein in Nederlands-Indië op volle snelheid
Source: Schepen van de Koninklijke Marine in W.O.II
BRISBANE – Australia, 03 April 1944: Netherlands Indies Civil Administration (NICA) dibentuk sebagai badan penghubung pemerintahan Belanda di pengasingan berkedudukan di London dengan Pasukan Sekutu di Kawasan Pasifik Barat Daya berkedudukan di Brisbane, Australia – dipimpin Jenderal Douglas MacArthur.
Dalam waktu singkat, tugas permanen personil NICA mendarat di Hollandia, yakni di Jayapura, Indonesia. Mereka terdiri dari personil militer, paramiliter Belanda, Eurasia dan orang-orang Hindia Belanda berseragam. Komando umum dijabat Colonel C. Giebel, Staff Officer NICA. Setiap detasemen dikepalai Commanding Officer NICA, bertanggung jawab untuk pemerintahan lokal. Sebelum kapitulasi Jepang, unit-unit itu telah membentuk pemerintahan sipil di New Guinea: Hollandia, Biak, Manokwari, Numfor, berikutnya di Morotai dan di Borneo, Tarakan dan Balikpapan.
Selanjutnya, pascaproklamasi Indonesia, Belanda menandatangani ‘British Civil Affairs Investment Agreement’ dengan ‘South East Asia Command’ pimpinan Lord Louis Mountbatten, 24 Agustus 1945
Medio September1945, utusan NICA mendarat di Batavia, sebagian lainnya tiba di jazirah utara Sulawesi, awal Oktober 1945.
Berita Proklamasi Indonesia di Jakarta, 17 Agustus 1945, telah sampai di wanua. Rakyat dan para pejuang di sana berketetapan membela proklamasi merdeka itu.
Sang Saka Merah Putih telah berkibar di wanua-wanua. Serdadu Jepang dilucuti, lalu Sekutu membonceng NICA datang ingin menguasai. Rakyat dan penjuang tidak setuju. NICA datang, bendera Belanda kembali dipasang. Rakyat, pejuang, melawan. ‘Merah Putih Biru’ diturunkan, dirobek.
Tercatat, rencana rapi dibuat sejak 07 Februari 1946, kemudian rencana aksi berlangsung, 14 Februari 1946.
Awal Maret 1946, Piet Hein, kapal perang Belanda, tiba di Manado membawa pasukan. Lalu pada 11 Maret, pimpinan ‘Gerakan Merah Putih’ diundang ke Piet Hein untuk berunding. (*)
Video berikut ini adalah ulasan Denni Pinontoan tentang peristiwa Merah Putih 14 Februari 1946 di tanah Minahasa: ‘Tempat-tempat Bersejarah Peristiwa 14 Februari 1946 di Tomohon’