Tuesday, December 3

Tag: Merdeka

Kopi Encer
Editorial, Susastra

Kopi Encer

26 September 2024 Teguk, encerkan otak, mindset. Berpikirlah bebas merdeka… Oleh: Dera Liar Alam MEMBACA ‘Ashenden: Or the British Agent’, dicatat penulis Inggris keturunan Irlandia, William Somerset Maugham, bikin saya menerawang Néa Pólis as Napoli, dan cairan hitam dalam cangkir, Americano. “Ashenden decodes a cable which tells him that the intended Greek had never boarded the ship; spots of dried blood on the Hairless Mexican's sleeve mean that he had killed the wrong man.” Saya berdiri jauh dari bar memandangi barisan orang-orang memesan kesenangan, raut berbagai ekspresi. Pahit nan nikmat, memerah mengelam mengering. Babad perang, serdadu mencampur air panas ke dalam espresso sebagaimana takaran yang biasa mereka konsumsi. Kawan saya suka koffië tebal pekat sehingga sendo...
Sajak Laut Merdeka
Foto Pilihan

Sajak Laut Merdeka

23 Agustus 2024 Ngurah Rai – Bali Airport, tak pernah sepi, hari hampir sore inspirasi dibegal sunyi, maka view saya haturkan ke luar jendela sambil memeluk kangen matahari tuntaskan cahaya jingganya seraya awan-awan bencana kerap membegal rakyat umat dengan dogma paternal. Gembar terekam kenang bertahun silam manakala rakyat menjelajah jalan pulangnya pada entah. Regulasi kerap mengusur menggusur ruang hidupnya yang tak lebih sejengkal jaraknya dari penyelenggara kuasa itu… Oleh: Dera Liar Alam I YAYAT U SANTI— MERDEKAKANLAH mindset, merdeka nyonya dan tuan. Di luar jendela laut maha luas, ingin memotret barisan perahu berlayar di samudera. Negeri pulau-pulau dan laut: di tawang Ngurah Rai kenang nama I Gusti Ngurah Rai, dicatat Ensiklopedia Bebas sebagai pendiri dan Panglima P...
Anak-Anak di Pasir Panjang
Foto Pilihan, Susastra

Anak-Anak di Pasir Panjang

12 Juli 2024 Oleh: Dera Liar Alam TELAH mereka rekam pagi dari relung teluk, susuri Kota Lama. Ribuan tahun silam, malam remang sebab matahari kelam ditelan naga: kelok rimba, gunung, tanjung, samudera – masih mengeja titik-titik perjumpaan di Oeba, Merdeka, Bonipoi, Airmata, Lahi Lai Bissi Kopan, Solor, Tode Kisar, Fatubesi, Nefonaek, Pasir Panjang, dan di kampung-kampung sekitar di mana kawan-kawan bermain di karang, pasir, gelombang… Pernah, bulan bulat penuh bertahta di langit, cahayanya memantul di laut, di belantara hitam. Cahaya merembes dari Tanjung, memberi jalan pada perempuan menggandeng anaknya di bayang pepohon menyusur Oebobo, mencari setapak terangnya hingga Kelapa Lima, menembus Alak, cari jejak terhapus ombak. Ada saat air meruah, penguasa berkampanye dan menghib...
Padi di Oesao
Foto Pilihan

Padi di Oesao

15 Maret 2024 Oleh: Dera Liar Alam OESAO mengingat perjalanan panjang seharian, lalu jiwa disegarkan pemandangan elok, pematang nan sunyi, tangan perempuan-perempuan terampil menanam padi di petak sawah. Sore di Oesao, Kupang Timur. Membayangkan proses padi ditanam dan tumbuh di musimnya, saya mengutip artikel Arman Yuli Prasetya, kawan yang bermukim di Bojonegoro bersajak ‘Setelah Panen’: “Tumpukan jerami kau bakar sore ini, menjadi asap yang hilang ditiup angin. Keringat yang jatuh dari tubuhmu telah tumbuh menjadi tumpukan padi di pematang. Ketika hari telah surup, gelap semakin jelas kau lihat pada hamparan tanah ini.” Merekam cerita padi ditanam seumpama mengeja sejarah orang-orang yang ada di sana, pulau itu sebagaimana fakta tercatat pada bagian selatan dan tenggara Timor t...
Mengeruk Sisa
Susastra

Mengeruk Sisa

17 Agustus 2023 Oleh: Dera Liar Alam Gambar: Burgemeester Bisschopplein — Berderet tiga tukang sapu di Taman Suropati, Menteng – Jakarta, suatu siang. KOTA, mana kita sambang derita di bayang tekanan ternyata mewah dalam ingatan. Berlari dengan lambung ditombak lapar dan kerongkongan nyaris kering sembari menghirup bising di mana-mana. Ruang pagi nan hampa, perempuan-perempuan mengayun sapu memacu memicu hari tanpa bosan mengeruk sisa yang mampu dijangkau ujung. Kita, di depan meja reot menarikan tuts, mengeja sajak pengembaraan curiga, apriori, mengapa fakir ada di mana-mana dengan raut datar menertawai lukanya tak pernah sembuh. Lalu nujum menghujam nalar, mesin-mesin telah mengganti hati dan telepati: suatu ambang pagi kita jatuh cinta pada badan dan sekujur tubuh yang ran...
<strong>Bola Menabrak Mata</strong>
Budaya, Esai

Bola Menabrak Mata

24 November 2022 Oleh: Dera Liar Alam Editor: Parangsula Gambar: Perempuan, kelamin yang dibola BELUM mulai pergulatan, kau sudah memilih kalah, menunjuk kaki-kaki lelah, patah. Biar saja, bendera-bendera tetap berkibar di tanah pemujanya diiring peluit panjang kebimbangan, orang-orang berlari mengejar gagasan pola, bola-bola menabrak sunyi. Bebas, bebas, bebaskan…!! Kelamin-kelamin berpasangan, bertutur pertandingan diulang tadi subuh. Matahari adalah lampu-lampu yang tidak kenal terbit-tenggelam, selalu nyala, bakar waktu. Bola-bola politik, menggelitik diusik berisik mengiris sisa-sisa harap yang miris. Kemudian, orang-orang terbanting diurusi regulasi negeri ngeri. Demokrasi katanya, urusannya investasi berdalih tukang tagih darah daging dan lendir. Darah, darah, darah, dar...