Tuesday, November 19

Tag: Melayu

Sajak Fiksi Pribumi
Budaya

Sajak Fiksi Pribumi

11 Februari 2024 Pernah, orang Topas disebut Portugis Hitam atau Bidau. Mereka itu terutama keturunan campuran prajurit, pelaut, dan pedagang Portugis dengan perempuan India dan Melayu... Oleh: Dera Liar Alam Gambar: Kain Tenun NTT. Foto: DAX Sumber: linkedin GENANGAN sunyi gens à chapeau, babad pucat rerumput permai ratusan tahun silam pedagang Yahudi Portugis mengincar aroma cendana di sana. Bercampur logat Lamaholot, Pantar, Hindi, Tamil: topaz tuppasi topass, tiga kata yang ditera terakhir itu kiranya bermakna sama. Sebagaimana disebut sumber berikut ini, History of Timor – Technische Universität Lissabon, dan Hans Hägerdal: Rebellions or factionalism? Timorese forms of resistance in an early colonial context, 1650-1769, bahwa, Topaz, atau Tuppasi, atau Topass, orang Top...
Banjir, Tangki Raksasa, atau Bangun tanpa Korupsi
Entertainment, Internasional

Banjir, Tangki Raksasa, atau Bangun tanpa Korupsi

07 September 2022 Tokyo bangun tangki raksasa, Curitiba atasi banjir dengan mengubah area rawan jadi taman dan danau buatan, di negeri kita bencana seperti dipelihara dan diteriaki doa-doa pengusir setan. Oleh: Daniel Kaligis Penulis adalah jurnalis penulis Editor: Philips Marx Gambar: climate refugee inside, sumber foto: delhipostnews BERDIRI berjejal depan Ngee Ann City, melintas Takashimaya ke arah Gucci, memandang langit Desember pucat kelam di atas Orchard. Lalu deras hujan membikin air menggenang di mana-mana. Ada peluit, dan orang-orang menepi. Nanti di depan Tong Building saya perhatikan, rupanya peluit dari petugas itu memperingatkan orang-orang supaya menyingkir dari katup penyangga di atas drainase. Petugas tetap berdiri mengawasi, katup miring sekitar 45 derajat ...
Menuju Terminologi Baru
Guratan, Susastra

Menuju Terminologi Baru

17 Agustus 2021 Oleh: Daniel Kaligis Foto: Kepik Art Menggambar Indonesia Seraya mengedit tulisan, saya membaca sesumbar propaganda. Tahun 2011 artikel ini saya muat di Harian Suara kita, sambil mengenang: Saban Agustus orang-orang kita dikampungkan, terbabit ‘panjat pinang’. Tidak dipinang sudah dipanjat, pohon-pohon bertumbangan. Di atas pinang, berkibar bendera-bendera. Merdeka, teriak memekak hak-hak bengkak dijejali peradaban impor. Terminologi itu digemari, dan ramai di banyak sudut Indonesia. Demikian panjat pinang, dulu dan kemudian bila pandemi sudah usai, boleh berupacara dengan cara-cara. Keinginan dipinang, sekarang keinginan dikekang. Tinggal dalam gua peradaban yang hilang, tersenyumlah walau belum sepenuhnya merdeka… HARI ini, sembilan tahun silam: “Terminologi b...