Belajar Tegak Berdiri
09 Februari 2022
Oleh: Dini Usman
Penulis adalah pelukis dan penulis
KETIKA kita mengucapkan kata, “Aku mohon maafmu, apakah kau bersedia memaafkanku?”
Pertanyaannya adalah, apakah kita memahami permohonan maaf itu sebagai cara berbasa-basi dalam sebuah interaksi sosial yang kompleks inikah? Atau permohonan itu tulus dari kesadaran yang dalam bahwa kita menyadari telah berbuat kekeliruan yang menyebabkan orang lain sebal, mual, marah, bersedih hati, benci, suntuk, sakit hati atas sikap, perbuatan kita yang melukai hatinya?
Jika pilihan yang kedua, tentunya kita tidak lagi ingin mengulanginya. Karena kita tahu, menyakiti itu berarti melakukan tindakan yang melukai, baik secara fisik ataupun psikis.
Tak sesiapa pun ingin sakit.
Kita mau semuanya sehat. Sehat berelasi satu dengan ...