Friday, April 26

Tag: Hawaii

F R A S E  A N O M A L Y
Susastra

F R A S E A N O M A L Y

26 Mei 2023 Oleh: Daniel Kaligis IKLAN-IKLAN menggantung senja Terbakar di terik bola lampu Seperti kisah kualat pemadaman dijawab tunda Bro, sengatnya elektromagnetik Kita di bawah langit Lentera equilibrium Persinggahan kita di waktu lampau Jalan malam yang panjang dirundunglindung dedaun mangga Manakala pagi merekah di Capilano Suspension Bridge, Vancouver, holidays baru dimulai. Ingatlah kenang silam berpuluh waktu hilang: tapak kita menendang-nendang ombak di Teluk Manado penuh bebatu seakan kita bermanja angin di Waikiki Beach, Hawaii Ukulele kita petik menembang o ina ni keke Benar katamu: langit itu ada di jiwa kita Terkadang kita mengoyakcabiknya dalam dendam yang ternyata hanya menambah sayat-sayat luka di badan… Klik, Mana gambarmu yang kau beri judul: this is a pic...
Goroho, Sajian Dewa Dewi
Bisnis

Goroho, Sajian Dewa Dewi

10 April 2023 Situs-situs mungkin saja ada yang dirombak-punahkan manusia, diganti sesuai peruntukan kebutuhan, keinginan, nafsu, nafsi. Namun, goroho tetap tumbuh, dikonsumsi sebagai kenikmatan… Oleh: Daniel Kaligis Editor: Rikson Karundeng REGHES leos itu angin sejuk segar, kabar berita menggembirakan. Begitu reghes membahana, menebar aroma, membawa sejuk. Di meja, ada cangkir-cangkir, ada sejumlah hidangan. Tatakan oval seukuran piring terbuat dari anyaman bambu dan rotan beralas kertas kraft untuk alas makanan, di atasnya kripik goroho. Ada lagi gorengan tipis-tebal, dipotong kotak berbaku goroho, wanginya membuat tangan refleks merogoh isi sajian di tatakan. Jos, Eden, Anastasia, Gerald, Rikson, Rinto, Reinard, dan saya. Duduk melingkar, kami di gazebo beratap rumbia. Mema...
Altar Semesta Kabut
Esai, Susastra

Altar Semesta Kabut

22 Januari 2023 Nun di sana, Nanti, Dini hari datang lagi… Manakala doa-doa mengembara di altar semesta nan senyap Lalu kabut perlahan pudar… Alor Street – Kuala Lumpur, 2012 Oleh: Daniel Kaligis Gambar: Telaga tua berkabut di lereng Pangalombian SESEORANG di ruang kedatangan, “Di sini, saya di sini,” kata Pemetik Uke, ukulele. Bersalam jabat erat pelukan, pipi ketemu pipi. Telah tiba dan telepon berdering, panggilan dari seberang, “Tunggu di situ jo ngana, torang so menuju, so dekat bandara,” kata Pemuja Kabut. Iya, saya akan menunggu depan halte, sebagaimana permintaan dia. Masih di ruang kedatangan, dan masih berdua. Pemetik Uke dan saya melanjutkan kisah perisai, maar, stratovulkano, dst, sambil menunggu Pemuja Kabut. “Begini,” katanya. Mulai dari tanah seberang, ada t...