Tuesday, November 19

Tag: Embun

Garis Embun
Susastra

Garis Embun

03 November 2023 Oleh: Arman Yuli Prasetya Penulis adalah Penulis Tinggal di Bojonegoro Gambar: Screen biru dan kopi hampir tumpah GARIS embun Memanjang di kaca Dingin kembali Di wajahmu Baliho-baliho besar Menggambarkan senyum Kontrak dan kalkulasi untuk semua kepentingan ini Biaya yang terjadi Tanpa sadar telah dibayarkan jauh hari Sebagai satu dasar yang diletakkan bagi keinginan yang disusun secara rapi Segala konstelasi yang timbul Semacam dengung yang merambat Ketika pagi berisi beberapa hal yang dilepaskan Secara bersamaan Setelah angka perhitungan tercapai Penyelenggaraan kekuasaan secara demokratis Bagian dari ikhtiar yang tak banyak berpengaruh bagi mimpi-mimpi Yang pelan-pelan meracuni kami (*)
Retorika Lampu
Susastra

Retorika Lampu

06 Agustus 2023 Oleh: Dera Liar Alam MALAM berseliweran di samudera, di jagad semesta... tengok, pelita para manusia sudah tenggelam kita tunggu bulir-bulir intan bernas di cakrawala kelam embun retorika kenang seketika sama-sama basah secara bermartabat
Antara Lambau dan Loji
Susastra

Antara Lambau dan Loji

11 November 2021 Oleh: Arman Yuli Prasetya Penulis adalah Penulis Tinggal di Bojonegoro Gambar: Matahari sore, bunga, dan rumput liar. Antara Lambau dan Loji, Antara kebijakan dan kebajikan. Dalam dingin aku merasa ada yang terhempas dalam angin, kuikuti ke mana ia pergi, adakah sesuatu yang ingin melukai? Sebidang tanah lapang dipenuhi guguran daun dan bunga, harum dan kering. Enam butir embun mengayun pada dahan dan kelopak yang ditinggalkan. Adakah sesuatu menyerupai duka yang terbenam? Setelah berkicau burung-burung terbang, meninggalkan kotorannya berjatuhan di tanah, bunga-bunga merekah mendengar kicaunya, hidup seperti bergairah, pohon-pohon tumbuh melumat kotorannya, hidup menjadi lebih tabah. Tiga: dua helai rumput kering saling melingkar membentuk angka tiga, dua ...
Dan Embun Esok Hari Tak kan Hilang
Budaya, Susastra

Dan Embun Esok Hari Tak kan Hilang

Medio 2012 Refleksi Kamis Malam Dunia Maya, 20 April 2012 Sajak-Sajak: Neng Lilis Supriatin El Cacuk Kaka Tewel Kaka Tewel tahukah kau di mana sang embun, bila dia disapa oleh keringat mentari? seperti nyanyian bintang saat senja sentuh ufuk baratmu… Neng Lilis Supriatin jemari mengelus tetes keringat, embun menguusap peluh, selalu bernyanyi walau tanpa bintang karena ufuk barat bukanlah seutas batas, hela napas... El Cacuk pada pesonamu di sudut ini, selalu ada embun, kenang indah kala bersamamu jauh di lubuk hatiku — sejuk sentuh malam... Kaka Tewel menarilah wahai rembulan malam… tajukmu kilau bunga buaian sang fajar... embun kan sirna dalam pesona angan… El Cacuk batas malam, beralih gaduh sebab suaramu tanya, ‘mengapa tunggu’ kubilang, ‘entah, cukup bagiku, aku sayang k...