07 April 2023
…sebuah rekonstruksi jalan pembebasan…
Oleh: Johan Sebastian
Penulis adalah aktor – tinggal di Jakarta
TERIK PANAS matahari membakar tubuh yang lelah karena siksa itu, berjalan tertatih-tatih membawa beban berat kayu salib lambang hina dan kutuk, hendak menuju lembah pembantaian bernama Golgota.
Menitik satu, satu, darah dan peluh, tak ada satu pun keluh kesah yang keluar dari mulut yang terluka karena tamparan para imam dan pemimpin agama itu.
“Mengapa diam saja wahai anak Maria”
“Bukankah engkau Anak Allah, tunjukkanlah kuasamu, Yesus!”
“Bebaskan dirimu wahai anak haram jadah!”
“Bukankah engkau sanggup membangkitkan orang mati?!?”
“Salibkan dia…!!”
“Salibkan dia…!!”
Begitu teriak histeris penuh amarah serta kebencian dari manusia-manusia pengusung ketaatan pada hukum taurat kepada pemuda dari Nazaret itu.
Sementara oleh karena kasih karunia, pemuda yang tubuhnya lelah karena aniaya serta beban berat di pundaknya itu hanya sanggup berkata di dalam hatinya,’Bapa ampunilah mereka, atas segala yang mereka perbuat itu, sebab sesungguhnya mereka tidak tahu atas apa yang mereka perbuat.’ (*)
13.50 – 07/04/2023