28 Mei 2021
Diramu dari berbagai sumber
Oleh: Dera Liar Alam
Praktik eksploitasi sumber daya alam dan pengetahuan masyarakat tentang alamnya tanpa izin dan pembagian manfaat, disebut sebagai biopiracy. Padahal cakupan istilah itu ternyata sangat luas…
HUTAN hevea brasiliensis, para, bebatu, pantai, gunung, bentang bumi, nelayan, penambang, aroma kopi di pagi buta. Derai gelombang menampar Gaspar, mengapus jejak masa silam.
Hevea brasiliensis, dikenal juga sebagai pohon karet atau para. Beberapa catatan menyebut tanaman ini dikembangkan oleh Henry Alexander Wickham. Dia penjelajah Inggris yang lahir di Hampstead, London, 29 Mei 1846. Walau, Brazil, negeri di mana tanaman karet itu berasal, mencap Wickham sebagai biopiracy.
Mengenang hutan karet, ibarat menjelajah Iquitos, kota terbesar di tengah hutan Peru. Iquitos ibu kota Loreto, provinsi Maynas, berada dekat Sungai Amazon, pada ketinggian 106 meter dari permukaan laut, berjarak tiga ribu kilometer dari mulut sungai Amazon ke Samudra Atlantik. Iquitos memiliki sejarah panjang sebagai pelabuhan penting untuk Sungai Amazon beserta anak-anak sungainya. Iquitos dikelilingi tiga sungai, Nanay, Itaya, dan Amazon.
Tapi, saya tidak berada di Iquitos. Saya menjelajah Belitong, menelusur pantai-pantainya, Nyiur Melambai, Serdang, Burong Mandi, Bukit Batu, Punai, Batu Pulas, Sengaran, Mudong, Selindang, Pangkalan Ba’un, Batu Lalang, Gusong Cine. Menembus belukar dan hutan-hutannya. Mendatangi Manggar, ibu kota Belitung Timur, susuri sisa-sisa kemasyuran ‘Kerajaan Timah’. Di sana, matahari menggantung di pucuk pepohon karet, dan hutan-hutan tropis.
Kisah 2018 yang masih terbawa hingga hari ini sebab alur sejarah Mei: Kelahiran Henry Alexander Wickham, dan cerita hutan karet.
Sadapan getah karet. Manggar 2018/ Foto: Dla
Hevea brasiliensis ada di Belitong, bila sempat anda melancong ke sana, simak sebentar cerita tentang hutan karet di sana. Bagaimana masyarakat menanam, memelihara pokok pohon itu, juga perangai pertambangan timah rakyat di Kota Seribu Satu Warung Kopi.
Menurut buku ‘Penyakit-Penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia‘ yang ditulis Semangun – 2000, diterbitkan Gadjah Mada University Press, menyatakan bahwa kebanyakan karet komersial berasal dari getah pohon para karet atau hevea brasiliensis. “Hevea brasiliensis berasal dari Brazilia, Amerika Selatan, mulai dibudidayakan di Sumatera Utara pada tahun 1903 dan di Jawa pada tahun 1906. Tanaman ini berasal dari sedikit semai yang dikirimkan dari Inggris ke Bogor pada tahun 1876, sedangkan semai-semai tersebut berasal dari biji karet yang dikumpulkan oleh H. A. Wickman, kewarganegaraan Inggris, dari wilayah antara Sungai Tapajoz dan Sungai Medeira di tengah Lembah Amazon.”
Balik lagi pada kisah Henry Alexander Wickham.
Museo Barco Historicos di Iquitos, Peru, menyebut apa yang dikerjakan Wickham sebagai tindakan biopiracy terbesar di abad sembilan belas, dan mungkin terbesar dalam sejarah: Tumbuhan karet asalnya dari di Brazil dan Peru.
Catatan lain menyebut, tumbuhan ini ada di hutan-hutan Amazon Selatan. Peradaban Mesoamerika menggunakan karet dari Castilla elastica. Orang Amerika Tengah kuno menggunakan bola karet dalam permainan mereka.
Di Brasil orang lokal membuat baju tahan air dari karet. Ada cerita menyatakan bahwa orang Eropa pertama yang kembali ke Portugal dari Brasil dengan membawa baju anti-air tersebut menyebabkan orang-orang terkejut sehingga ia dibawa ke pengadilan atas tuduhan melakukan ilmu gaib.
Di Indonesia, hutan karet sebenarnya potensial. Coba telusur manfaat karet bagi kehidupan manusia. Kementerian Perindustrian mencatat industri karet dalam negeri sejauh ini menyerap sekitar 550 ribu ton per tahun dari total produksi karet alam yang mencapai tiga juta ton per tahun. Dari total karet alam yang terserap, ada 55 persen dimanfaatkan industri ban, berikutnya 17 persen digunakan industri sarung tangan dan benang karet, ada 11 persen digunakan industri alas kaki, dan ada 9 persen digunakan oleh industri barang-barang karet lainnya. Seperti itu ditulis situs Kementerian Perdagangan pada tulisan bertajuk ‘Kemenperin Dorong SCG Kembangkan Produk Turunan Industri Kimia dan Karet‘.
Manggar, Belitung Timur, 2018. Cerita yang tak ada hubungan dengan Henry Alexander Wickham, saya berada di antara rimbun hutan karet, hevea brasiliensis, lalu berurus dengan pertikaian di tanah rakyat. Hutan yang dinegarakan oleh hukum positif, dan meninggalkan bekas-bekas di halaman rakyat penuh perkara. (*)
[…] datang ke lokasi yang ditunjuk sebagai kawasan hutan itu, kita beroleh sedikit jawaban. Jalan-jalan tikus menjalar laksana tumbuhan rambat menuju puncak […]