Monday, February 17

Susastra

Jejak Lara di Bara
Susastra

Jejak Lara di Bara

05 Februari 2025 Oleh: Dera Liar Alam Gambar: Jejak di Tepi nan Sepi KAKI-KAKI berdaki telah tiba di sana, di rimba sunyi ribu masa silam. Di sana menunggu malam, memotret bintang, laut, dan gelombang. Mendengar suara-suara mengulang babad negeri di sisi hutan raya, entah siapa yang menetapkannya jadi milik tahta berdogma bias. Sajak-sajak telah datang, disematkan tanda, nama-nama bergema – tambak-tambak, belantara, sungai, gunung, pesisir di tanah laut. Jejak, bekas pijak, kaki-kaki saya, berlumpur dan berluka. Pernah dalam tualang mengeja bait-bait: Luo River legend, Huanglong di langit selatan di langit utara, memintal huruf, sajak bagimu. Di sini bersua akar-akar, batu-batu, mangrove hilang satu demi satu. Lalu, mencuci kaki luka di percik gelombang air asin. Luò hé, bukan,...
Bisik Sunyi Pelayaran
Susastra

Bisik Sunyi Pelayaran

30 Januari 2025 Sepi, bisiknya cekung samudera kuno bersambung – asin dan asing lalu dari massa daratan, palung-palung tercipta jutaan tahun lalu dibanjiri dogma merasuk ke tanah besar. Anak-anak masih mengumandang serenade yang mereka cipta dari sunyi, diri nan luka: pulau-pulau disambung timbunan tiang-tiang pembangunanisme menelantarkan bergerbong-gerbong soal tak pernah tuntas… Oleh: Dera Liar Alam Gambar: Perahu Layar Sandar di Dermaga PELANCONG, pengembara, anak manusia, kerap ke sini. Sekedar singgah, berfoto, atau berbagi cerita dengan siapa saja, mungkin kenalan baru, baru kenal. Dari sini, di tepi Selat Makassar, memandang kabut ribu mile di seberang sana. Setahun lewat mengambil foto yang terpampang ini seraya menunggu gulita turun. Saya menenun syair. “Anak-anak b...
Malam Hilang Ditelan Bulan
Susastra

Malam Hilang Ditelan Bulan

16 Januari 2025 Oleh: Dera Liar Alam Gambar: Rembulan di atas Wanua di tebing laut MERENUNG NOD Tutur orang-orang di rimba, di reruntuh kayu-kayu Tentang combatant beli jual senjata Door! Pasar global muntah perundingan Nyanyi awan berarak di atas samudera raya, perahu layar ditikam gerimis: Good bye phalaenopsis amabilis. Bulan ditelanjangi Gelombang surut di tebing Guinea hanyutkan nestapa penari bulan. Sisa tebangan terbawa deras bersama ranting dan dedaun menuju hulu. Airmata kering, malam hilang. Kesunyian rindu untuk resapi mimpi yang fana. Kawan bersetubuh puisi, sajak-sajak jejak dalam rimba ingatan. Menari, menarilah asap, memanjat tangga awan-awan membawa nama-nama tertembak pada kuasa langit. Oppy FritSia beri aku sebait dua: Malam yang hilang ditelan bulan… Men...
Sajak Jejak
Susastra

Sajak Jejak

12 Januari 2025 Alternative perlindungan itu adalah terus melawan. Kata, telah sekian lama dimodifikasi jadi firman, tiap kritik dianggap melawan negara. Padahal kaum, menanggung luka, menabung hutang tak pernah selesai, tak kunjung lunas… Oleh: Dera Liar Alam Gambar: Jejak pasar tua di Wanua KAKI tangan luka memar, badan luka memar, berdarah bernanah. Begitu, manakala pesta dihentikan. Namun pesta tidak pernah berujung: terus bersambung Menyabung sabung Tikai dirancang sistem, lalu ditaruh di titik-titik Wanua. Pesta, jalan-jalan ditutup. Negara berdiri jauh, melindungi diri dengan ayat-ayat dari gurun. Anak-anak berkelahi adalah ladang di mana aparat boleh memanjangkan tangan-tangan suap, penangkapan berbayar, supaya penonton tau bahwa mereka bertugas dengan tambahan-tamb...
Sajak Disparità
Susastra

Sajak Disparità

11 Januari 2025 Mahkamah Konstitusi gagal realisasikan balancing of rights terhadap kompleksitas delik reputasi. Rakyat sibuk membangun reputasi identitas-identitas tersandera dogma. Wanua, digambar pada peta-peta perkara untuk penghisapan tiada henti… Oleh: Dera Liar Alam Gambar: Berdagang buah di Pasar Extreme WANUA mengekalkan kenang. Tidak! Lupa lebih kejam dari pembangunan dan janji-janji khayal gratis untuk ternak yang saban musim disuguhi bantuan langsung agar tetap tersihir dogma aristokrat, bangsawan busuk. Kaum — hafal keping puzzle tercerai persepsi. Dikira tuntas, hidup komunal diributi identitas-identitas tak pernah seragam, diversità — disuguaglianza, dissomiglianza, divergenza, differenza, differenziazione, discordanza, disparità, varietà, contrasto, distanza...
Sajak Cuaca
Susastra

Sajak Cuaca

07 Januari 2025 Oleh: Dera Liar Alam Gambar: Twilight di Bunaken, Siladen, Mantehage, Naen, Manado Tua. TARIAN awan ingatkan nama, kekasih masa lampau, belum berganti. Pesta di tanah leluhur, orang-orang berderet-deret pura-pura senang walau gamang, keinginan dipermainkan harga, ego dendam serta rasa belum terdefinisi: Kawan bersuka, kami disuguhi cairan penyemangat. Hujan bakar diskusi kritik. Api nyala rintik-rintik gelisah, kata kawan, “Mabuk itu babad pengalaman spiritual.” Dan, benar. Semua orang bersalah kami ampuni sambil tertawa bareng-bareng dan bersenandung awan-awan kuning, bunting. Kita terbang pada cuaca yang kurang baik. Kencangkan sabuk pengaman, agar lapar dan miskin wawasan boleh diakali. Lalu Api dan Rawi dimangsa kabut, Uap berlari menuju purba, langit masih...
Sajak Mekar
Susastra

Sajak Mekar

07 Januari 2025 Bunga, hadir, mekar… Merekam perjuangan, perlawanan, niat yang terus bersemi sepanjang musim… Oleh: Dera Liar Alam Gambar: die Weiße Rose KEMBANG mekar saban musim itu ada di Wanua. Pagi biru, saya merekam jingga Episcia Alloplectus, African Violet family: yaitu daun beludru, tekstur permukaan daunnnya berserabut halus menyerupai beludru. Di sekeliling Alloplectus ada Andina, Cupreata, Duidae, Lilacina, Prancei, Reptans, Xantha, Fimbriata, Sphalera, Rubra, etc. Mawar putih, saya sasar kamera. Momentum yang ingatkan saya pada die Weiße Rose, gerakan perlawanan kalangan intelektual tanpa kekerasan di NS-Staat, dipimpin sekelompok mahasiswa dan dosen di Universitas München. Kelompok ini melakukan kampanye menyebarkan selebaran dan grafiti anonim yang menyerukan ...
Sajak Pusu
Susastra

Sajak Pusu

05 Januari 2025 Oleh: Dera Liar Alam Gambar: Gunung Tampusu, Rewo, Hutan Rumbia, serta ladang sawah di kakinya. PUSU memanggil awan-awan bertengger di tahtanya. Begitu leluhur kami meramal hujan terhisap kuala, jurang, tebing, rawa-rewo, telaga purba di relung Salu Mas, Samberong, Watuharan, Tangkiuk, Tatalo'otoken, Talun, Matrong, Pangalombian, Tete U Lei, Linouw, Lahendong. Pada rimba itu, zaman silam Resimen Para Komando baret coklat pernah bergerilya berduel senapan melawan kuasa sentralistik, catatan muntah sejarah itu dikaburkan. Serdadu Tengkorak Liar juga menari-nari di sana, di belantara terhubung teras Lengkoan. Wild Rose impor taman dewa mengajak anak-anak nyanyikan bedil patah puluhan abad bertikai keyakinan. Namun, ada anak-anak terhisap jadi suraro: “Adoh mama e,...
Sajak Pengumaan
Susastra, Travel

Sajak Pengumaan

04 Januari 2025 Datang di sana laksana mengulang perjalanan silam – Awal Januari 2022, manakala menelusur tanah Minahasa, bersua unsur-unsur jamak dibincang. Di sisi utara telaga tua penuh eceng gondok, kami membahas ‘mahwetik’. Kata itu dieja juga sebagai ma’ wetik, mahawetik, tenggara, atau tungkara. Mahwetik, tumbuhan penyembuh luka. Mahwetik bermakna memancar, disebut karena sifat buahnya yang ketika tua dapat meletup, memancarkan biji-biji yang menjadi benih. Anak-anak di kampung suka memanfaatkan buah yang telah meletus terbelah ruas-ruasnya lalu kuncup sebagai hiasan di kupingnya, anting-anting. Tumbuhan itu dikenal sebagai bunga pacar: Impatiens balsamina L. Datang di Pengumaan, semacam menyembuh luka, rindu yang sekian masa dipendam dalam pengembaraan… Oleh: Dera Liar Alam...
Sajak Kabut
Susastra

Sajak Kabut

26 Desember 2024 Oleh: Dera Liar Alam Gambar: Kabut di Wanua. KIRUNA mengenang wilayah bumi dengan malam panjang di mana Northern Lights joget di angkasa. Di Tromsø, di Svalbard, di Rovaniemi, di Lingkaran Arktik, di Siberia, di Yukon, di Barrow, di Prudhoe Bay, di Ilulissat, di Qaanaaq, di sana beku abadi. Apalah gigil di lereng Mahawu. Mabuk sejuk, mabuk kabut. Semalam berbagi cawan di celup Lokon. Kabut naik dari cela-cela ficus benjamina yang berkerabat dengan longusei. Aroma sabut kelapa dan batok dibakar ada di asap menari-nari enggan sentuh loteng dan taburan kembang api jauh di atas rimba kota. Bara, bercampur merah jinggga, kayu keras, batok dan kuang mengabu. Di Wanua, sabut kelapa itu disebut kuang, biasa dibuang saja. Padahal orang-orang memanfaatkan kuang sebagai...