Tuesday, April 30

Tragedi Mei 98 ‘bukan’ Konflik Horizontal


16 Mai 2018


Sumber: StreetDocs


TRAGEDI Mei 98 dikisahkan sebagai ‘konflik horizontal’, di mana seolah-olah ‘pribumi’ yang marah karena tertembaknya mahasiswa Trisakti terhadap ‘orang China’, karena jurang sosial ekonomi. Penjelasan ini sangat nyaman bagi para elit, karena dengan demikian mereka seolah-olah bebas dari tanggung-jawab. Tapi benarkah narasi ini?

Para saksi dan peneliti menemukan hal yang berbeda.

Walau mudah untuk mengira bahwa ribuan rakyat berkumpul di sepanjang jalan karena seolah-olah sedang marah, saksi mata di video ini mengungkap bahwa para perusuh yang ‘marah’ itu sebenarnya hanya sedikit, dan kebanyakan masa rakyat yang berkumpul sebenarnya hanya masyarakat yang bingung, tak tahu apa yang terjadi. Saksi lain juga melihat bahwa para perusuh bukanlah bagian dari warga. Para warga tidak mengenalnya.

Para perusuh dan provokator ini – namun demikian – berhasil memancing warga yang – sebagaimana orang Indonesia – senang berkumpul bila ada kejadian yang tidak biasa, apakah itu sekedar kecelakaan mobil, atau -apalagi terbakarnya mall.

Setelah perusuh ada di dalam mall, mall itu kemudian dengan sengaja dibakar dari luar.

Hal tersebut adalah bagian dari rangkaian kejadian yang tampak dirancang untuk menciptakan narasi ‘konflik horizontal’, memungkinkan mereka yang berkuasa pada saat itu, bebas dari tanggung jawab.

Ikuti penjelasasn penelitian Prof. Dadan Daihani dari Trisakti dan berbagai saksi lain, tentang bagaimana Tragedi Mei 98 terjadi: