Thursday, November 21

Tag: Mimpi

Obsesi Semesta Sempurna
Opini

Obsesi Semesta Sempurna

27 Agustus 2024 Surga, fokus diri bersenang-senang, hindari fakta-fakta, sepak keluar sejauh mungkin kenyataan semesta: kesulitan hidup, beban derita, mimpi panjang telah dilunaskan oleh obsesi. Kesenangan dunia lain itu saya sebut sebagai kerajaan beragama manusia… Oleh: Yosua Simatupang Penulis Tinggal di Morowali, Sulawesi Tengah Editor: Parangsula AGAMA membuat manusia hidup dalam suatu dunia khayalan. Bagi saya, agama adalah semacam eskapisme, usaha untuk keluar dari dunia yang nyata agar dapat masuk suatu dunia lain yang tidak lagi ditandai penderitaan dan kesusahan, suatu dunia sempurna. Agama dengan janjinya tentang surga yang penuh kebahagiaan menyediakan penghiburan yang memuaskan bila keadaan di ‘lembah mata air’ ini — menurut suatu ungkapan keagamaan — sudah tak ...
Garis Embun
Susastra

Garis Embun

03 November 2023 Oleh: Arman Yuli Prasetya Penulis adalah Penulis Tinggal di Bojonegoro Gambar: Screen biru dan kopi hampir tumpah GARIS embun Memanjang di kaca Dingin kembali Di wajahmu Baliho-baliho besar Menggambarkan senyum Kontrak dan kalkulasi untuk semua kepentingan ini Biaya yang terjadi Tanpa sadar telah dibayarkan jauh hari Sebagai satu dasar yang diletakkan bagi keinginan yang disusun secara rapi Segala konstelasi yang timbul Semacam dengung yang merambat Ketika pagi berisi beberapa hal yang dilepaskan Secara bersamaan Setelah angka perhitungan tercapai Penyelenggaraan kekuasaan secara demokratis Bagian dari ikhtiar yang tak banyak berpengaruh bagi mimpi-mimpi Yang pelan-pelan meracuni kami (*)
Di Taman Bermain Malam itu
Budaya, Susastra

Di Taman Bermain Malam itu

02 Juni 2022 Oleh: Arman Yuli Prasetya Penulis adalah Penulis Tinggal di Bojonegoro Gambar: Ujung senja di suatu taman SORE ketika matahari ingin pergi, para pedagang datang. tanpa diminta menata gerobaknya. Pop ice, cilok, sempol, martabak telor, aku lupa, apa saja di sana. Ada yang menunggu, keramaian datang ke sini. Bila malam semakin dekat. Datang tenang dalam dadanya. Di bawah sinar lampu merkuri yang menyala. Bau aspal terlindas roda. Ia sambut gembira. Aku hanya jarak yang mengamati tanpa merasa. Seperti hidup apakah ini mimpi. Di antara suara odong-odong, juga kegembiraan anak-anak bermain di istana angin. Aku tak bisa kembali menjadi anak-anak lagi. Hidup telah payah berulangkali. (*)