Tuesday, November 19

Tag: Malam

KALAH
Susastra

KALAH

23 April 2024 Oleh: Larasati Sahara Penulis adalah seniman Tinggal di Kota Lhokseumawe SUDAHLAH Mau diapakan lagi Malam telah tunjukkan gelapnya Biarlah Mau bagai mana lagi Bintang telah kukuhkan mewahnya Kemarin Saat jingga di ufuk barat Kusadar diri ini masih tangguh berdiri Sadarlah Burung-burung telah kembali ke sarang Terik telah padamkan tajinya Kenapa masih di sana Sudahlah Angin kini telah basah Bukankah semua itu kian terasa Cukuplah Kini raga telah lelah, kalah! Lhokseumawe, 120311
Ruang Tunggu Rindu
Susastra

Ruang Tunggu Rindu

19 April 2023 Oleh: Dera Liar Alam Gambar: Angin Diam ANGIN menari di sela goyang ilalang laut pantulkan rimba yang nanti tandus Di ruang tunggu rindu hanya jendela agar aku dapat bersitatap kawan dan awan mendung... Malam kelabu... tanya ke mana arahmu... Jakarta, 2009
Dasterku
Susastra

Dasterku

12 Desember 2022 Salemba Bluntas 1992 Tribute buat penyintas KDRT - 16 hari kampanye anti kekerasan terhadap perempuan Oleh: Emmy Sahertian Penulis berkegiatan di Aliansi Nasional Bhinneka Tunggal Ika Kukenakan setiap saat malam tiba Malam-malam penuh prahara ketika aku pasrah pada kuasa kelam yang merajam jarah keperempuananku... Karena aku seorang istri Setiap pagi kutanggalkannya… Kuberdandan dengan seribu senyum, meski guratan siksa  berbekas pada tubuhku... Membeku cinta menghangus frasa meluruh rasa… Menguap tak tersisa… Malam ini… Kukenakan kembali dasterku… Menghadiri ritual malamku di pelaminan sepi… Guratan membiru masih membekas di ingatanku… Di hatiku… Di tubuhku… Lalu kugapai si kecil… Berlari pergi menjauh dari peradaban malam yang kasar tak beradab… Kami tela...
Dan Embun Esok Hari Tak kan Hilang
Budaya, Susastra

Dan Embun Esok Hari Tak kan Hilang

Medio 2012 Refleksi Kamis Malam Dunia Maya, 20 April 2012 Sajak-Sajak: Neng Lilis Supriatin El Cacuk Kaka Tewel Kaka Tewel tahukah kau di mana sang embun, bila dia disapa oleh keringat mentari? seperti nyanyian bintang saat senja sentuh ufuk baratmu… Neng Lilis Supriatin jemari mengelus tetes keringat, embun menguusap peluh, selalu bernyanyi walau tanpa bintang karena ufuk barat bukanlah seutas batas, hela napas... El Cacuk pada pesonamu di sudut ini, selalu ada embun, kenang indah kala bersamamu jauh di lubuk hatiku — sejuk sentuh malam... Kaka Tewel menarilah wahai rembulan malam… tajukmu kilau bunga buaian sang fajar... embun kan sirna dalam pesona angan… El Cacuk batas malam, beralih gaduh sebab suaramu tanya, ‘mengapa tunggu’ kubilang, ‘entah, cukup bagiku, aku sayang k...