Tuesday, December 3

Tag: Fajar

DI BAWAH BULAN PUCAT PASI
Susastra

DI BAWAH BULAN PUCAT PASI

01 April 2024 Oleh: Larasati Sahara Penulis adalah seniman Tinggal di Kota Lhokseumawe SETELAH malam purnama Kulihat bulan masih belum beranjak pulang Wajahnya pucat pasi, tatapannya mengambang Aku menyusuri jalan setelah fajar yang lengang Menghitung satu dua nafas berkejaran dengan waktu Lampu lampu jalan masih nyala kekuningan Siap padam ketika tak lagi dibutuhkan Serupa impian yang sering kali bermain di kepala seseorang Angin dingin masih menggigit tiang tiang listrik Sebuah hati terbelah di sepanjang jalan, sebelum sampai pada pertemuan L. Sahara, 220122
Kupayungi Kau
Susastra

Kupayungi Kau

10 Mei 2023 Oleh: Dera Liar Alam DI BAWAH mendung menggumpal, mencakar-cakar cakrawalamu... pabila tangis gerimis usai, kupayungi kau, bianglala... malam hitam ambang fajar tempat kita besua, berbagi cerita demikian kau terbang tuju nirwana membawa secabik pesan nista laknat sudah dimaafkan, diampuni... hentar tembang persimpangan, wahai nestapa, bagi cinta berantakan (*) Jakarta, 2009
Dan Embun Esok Hari Tak kan Hilang
Budaya, Susastra

Dan Embun Esok Hari Tak kan Hilang

Medio 2012 Refleksi Kamis Malam Dunia Maya, 20 April 2012 Sajak-Sajak: Neng Lilis Supriatin El Cacuk Kaka Tewel Kaka Tewel tahukah kau di mana sang embun, bila dia disapa oleh keringat mentari? seperti nyanyian bintang saat senja sentuh ufuk baratmu… Neng Lilis Supriatin jemari mengelus tetes keringat, embun menguusap peluh, selalu bernyanyi walau tanpa bintang karena ufuk barat bukanlah seutas batas, hela napas... El Cacuk pada pesonamu di sudut ini, selalu ada embun, kenang indah kala bersamamu jauh di lubuk hatiku — sejuk sentuh malam... Kaka Tewel menarilah wahai rembulan malam… tajukmu kilau bunga buaian sang fajar... embun kan sirna dalam pesona angan… El Cacuk batas malam, beralih gaduh sebab suaramu tanya, ‘mengapa tunggu’ kubilang, ‘entah, cukup bagiku, aku sayang k...