Friday, October 10

Tag: Asap

Bursa Gurem
Editorial

Bursa Gurem

06 Oktober 2025 Lokasi terorganisir sediakan struktur, aturan untuk transaksi, memberi ruang bagi para pelaku. Di sini, ruang itu meraung. Ruang dimodifikasi sistem semau arah kepentingan dirinya sendiri. Kepentingan diri sang kuasa. Kerja gurem banting tulang, terbanting-banting. Oleh: Dera Liar Alam OSMANLI İMPARATORLUĞU — antara tahun 1335 dan tahun 1363, ada lokasi yang disebut Hüdavendigar, Hadiah Tuhan. Yesil Bursa, mengacu pada taman kebun dalam struktur kota, Bursa Hijau. Di sana ada benteng, ada permandian air panas di sana. Ada Bazar Sutra, ada rumah-rumah tua Utsmaniyah, museum, dan makam para sultan. Itulah Bursa di Turki. Ruang luas sejarah, melompat ke ruang diisi bursa gurem. Dalam khasanah hewan ternak dan yang liar ada yang dikenal sebagai Ornithonyssus Bursa, ...
Pagi di Kedai Vodka
Susastra

Pagi di Kedai Vodka

16 April 2025 Oleh: Dera Liar Alam SAJAK RAMPOK — syair suci dibobol. Dor, tutup metadata, segala kitab tunggangi keledai gurun. Dua pedang tiada mata, sangkur, meriam, sambangi kedai vodka, roti - anggur perjamuan - di kaki altar, komat-kamit mantera, nirvana, ibu negeri, langit para pelayat koyak. Berlayar perahu-perahu membawa khotbah, derai gelombang membagi-bagi tanah jelata, belantara, jalan-jalan, istana, kaca, plastik, murka, bisnis kertas, kode check-in. Terbahak-bahak kisah mandi dusta, basah, imun, tertodong, meletus asap-asap, kering darah. Hilang, petaka sudah sering... Dor, door dooor! Escape: retak, tiada bekas... Sunyi di kedai vodka, pagi jelang Cahaya lembut meninggi dan tegang Kenang dituang pada cawan aroma menyebar Menyambar dingin rasa tak terbantahkan Geli...
Sajak Kabut
Susastra

Sajak Kabut

26 Desember 2024 Oleh: Dera Liar Alam Gambar: Kabut di Wanua. KIRUNA mengenang wilayah bumi dengan malam panjang di mana Northern Lights joget di angkasa. Di Tromsø, di Svalbard, di Rovaniemi, di Lingkaran Arktik, di Siberia, di Yukon, di Barrow, di Prudhoe Bay, di Ilulissat, di Qaanaaq, di sana beku abadi. Apalah gigil di lereng Mahawu. Mabuk sejuk, mabuk kabut. Semalam berbagi cawan di celup Lokon. Kabut naik dari cela-cela ficus benjamina yang berkerabat dengan longusei. Aroma sabut kelapa dan batok dibakar ada di asap menari-nari enggan sentuh loteng dan taburan kembang api jauh di atas rimba kota. Bara, bercampur merah jinggga, kayu keras, batok dan kuang mengabu. Di Wanua, sabut kelapa itu disebut kuang, biasa dibuang saja. Padahal orang-orang memanfaatkan kuang sebagai...
Merindu Pagi Sunyi
Susastra

Merindu Pagi Sunyi

26 September 2024 Oleh: Dera Liar Alam PAGI itu tiba diam-diam Pergi diam-diam Di sana, pernah diskusi mezbah Asap mengepul di belakang. Perempuan menyeduh koffie, memanak jagung, mendiamkan anaknya bersorak haus lapar. Pagi itu tiba diam-diam Pergi diam-diam Di bukit pepohon mulai rebah, diganti pengumuman kampanye Asap mengepul di jalan-jalan, di lorong-lorong belantara. Laut dan mega bersambung ufuk di mana nelayan memandang istananya nun jauh. Alang-alang seumpama emas di atas segitiga monas, monumen nasi panas serta ikan bakar dan sedikit air di musim kemarau… Pagi itu tiba diam-diam, gelombang telah kobarkan amuk semalam suntuk, berita siapa yang hilang pergi diam-diam. Didiamkan. (*)
Tanah Suci di Timur
Foto Pilihan

Tanah Suci di Timur

26 Juni 2024 Oleh: Daniel Kaligis GUNUNG Besar, lambang kebesaran Abuy, menggenal lokasi ini manakala menyusur Takpala Tribe, di sana saya mengeja sajak, ‘senyum rela dan segar’, sebab bersua dengan orang-orang yang ramah tamah di Alor. Sajak itu saya ulangi, 26 Juni 2022, di halaman media sosial. Di sana tiga suku besar menghuni kampung adat Takpala: Aweny — berposisi sebagai raja; Marang — juru bicara adat; Kapitang — ahli perang. Tercatat Aweny punya suku kecil antara lain Kafelkay, Lema, dan Kafolakani. Di Takpala saya bertemu dan berdiskusi dengan beberapa orang, berfoto dengan Martinus Kafelkay, dia mengajari saya memegang busur dan anak panah, menawari saya mengenakan busana tari perang seraya bertutur tentang Kapitang, sang Tama yang ahli berperang. Kami melinting tembakau...
Ara Bunna di Lereng Sirung
Politik, Susastra

Ara Bunna di Lereng Sirung

08 Februari 2024 Suatu malam di warung tepi laut saya menulis sajak: Kabir malammu, bintang kelana di atas laut hitam arus menampar. Empat lelaki duduk di pemecah gelombang, obrolannya tanjung: Tanjung Abila, Tanjung Warpandai, Tanjung Kalisalang, Tanjung Hambaroi. Penyadap nira lelah, diam, bicara dengan dirinya di bawah pokok lontar. Entah siapa, mereka dari titik biru, darah mendidih seberangi sejumlah negeri, membangun dermaga, menulis cerita. Puisi tentang asap yang tak pernah genap dan tak kunjung tamat, senantiasa kumat… Oleh: Dera Liar Alam Gambar: Sampan, anak-anak laut, dan gunung yang membayang. ARA BUNNA itu asap, kosakata dalam dialek Lamma. Senja terik di Kakamauta, kami di persimpangan arah Lamma, sepanjang pagi dan siang menyusur tepi Munaseli ke Baranusa, jal...
Ngurah Rai
Susastra

Ngurah Rai

16 Juli 2022 Oleh: Dera Liar Alam Penulis adalah jurnalis penulis Api Membakar Takdir Kelopak hilang warna di pijar malam Suaramu menggema di Denpasar Nanti, cahaya menari di embun setelah subuh. Usai setubuh... Berapa lama lagi kita di Gianyar Memilah-milah sandang Lalu pergi menyusur Kuta Dentum sudah teduh... Bila tatapmu menerawang Cakrawala terlalu leluasa... Tiba di Ngurah Rai, 2009: Reka ledak bom - malam, 12 Oktober 2002 di Paddy's Pub dan Sari Club di Legian, Kuta, Bali, menyusul ledakan dekat Konsulat Jenderal Amerika Serikat. Berikutnya bom bunuh diri, 01 Oktober 2005, di Kuta dan Jimbaran - Kafé Nyoman, Kafé Menega, dan di Restoran R.AJA’s, Kuta Square. Kejadian ini dianggap peristiwa terorisme terparah dalam sejarah Indonesia.
Setelah Panen
Budaya, Susastra

Setelah Panen

29 Juni 2022 Oleh: Arman Yuli Prasetya Penulis adalah Penulis Tinggal di Bojonegoro Gambar: Pematang nan sunyi. Sore di Oesao, Kupang Timur. PANEN tiba pada musim kedua, hembusan angin musim ketiga menggugurkan daun-daun. Kau berdiri di pematang, cahaya sore jatuh pada tubuhmu. Pandangan matamu menyimpan kebahagian, akankah ini terus berulang? Tumpukan jerami kau bakar sore ini, menjadi asap yang hilang ditiup angin. Keringat yang jatuh dari tubuhmu telah tumbuh menjadi tumpukan padi di pematang. Ketika hari telah surup, gelap semakin jelas kau lihat pada hamparan tanah ini. Apa yang kau harapkan menjadi kenyataan, sebab itukah manusia bahagia? Pada hujan yang tak lagi kau rindukan juga kemarau yang tak lagi kau sesalkan, malam ini, aku dengar kau meminta — tuan, aku ingin tet...