Saturday, November 23

Kopi Terlarang


12 Januari 2020


Saya suka kopi. Kalau sudah ngopi pikiran jadi cerdas, mata jadi jernih.
— Bro Matra —


Oleh: Daniel Kaligis
Penulis adalah jurnalis penulis


JALAN SREKO, ujung Desember 2019 berangin dan basah. Maesa, Donny, juga saya. Obrolan kita seputar kopi dengan banyak pertanyaan. Di meja kayu sebelah kiri, dua nyonya berdiskusi entah tentang apa. Ada nasi goreng mengepul di depan mereka, cangkir-cangkir, botol mineral, dan tertawa meledak-ledak seperti petasan di lorong seberang.

Kopi, nikmat yang pahit, dengus saya dalam hati. Saya dan Donny mengulang cerita perbudakan di zaman lampau. Ujung-ujung, berdua kami berbincang bisnis kopi. “Jika ditekuni, jualan kopi menguntungkan. Apalagi bila produk sudah dikenal, punya tempat sendiri seperti pemilik kedai ini,” urai Donny.

Dan, saya mengulang terminologi yang termaktub pada #wildminahassakoyaarabika — bila kopi adalah surga, maka gula adalah dosa terbesar yang pernah kita nikmati.

Dari meja ke meja, kopi disajikan. Kami lalu berfoto. Saya berbincang dengan Maesa, lalu pamit pulang ke rumah.

Malam terasa panjang ketika itu. Hujan menderas, anak-anak melempar petasan ke jalan. Kembang api berhamburan di langit, sambut tahun yang baru. Deru kendaraan menjauh, lalu gerimis hingga pagi diiring denting lonceng gereja.

Kenang mengulang. Diskusi 2018, beberapa kawan: Erny, Denni, Sam, Andre, Maesa, Teresa, Kevin, dan saya ulangi poin-poinnya pada Evert dan Riando:  Evert dan saya ketemu ngopi dan minum captikus, 30 Desember 2019, dari Sumaruendo, Leleko, berbagi sloki di tepi telaga samping kuala Na’akir.  Riando dan saya ngobrol seharian di Jl. Gunung Lokon, berlanjut di CCC, kemarin hingga semalam.  Kopi kenang perbudakan. Bisnis yang hari ini ditata apik, negara masuk campur.

Pergulatan kopi zaman dulu, bumi seakan tiada batas. Pengarung 3G pada zaman itu, kapan saja boleh sandar armada dan menanamkan keyakinan dan benderanya di mana tempat di bumi. Injil jadi alasan, yang melawan pendaratan dituduh kafir, bid’ah. Sama serupa yang terjadi hingga hari ini di negeri kita, siapa saja yang berbeda pandangan dapat dituduh kafir murtad bid’ah.

Sekarang bumi dipagar. Visa dan paspor jadi bisnis tak terjangkau kaum miskin yang dijanjikan surga ada di seberang langit. Siapa kaya berhikmat boleh berpindah dari satu surga ke surga yang lain. Umat banting tulang membayar segala kenikmatan khayal ribuan tahun, lalu tua dan mati. Seperti itu fenomena yang selama ribuan tahun dapat kita copy hari ini.

Saya pernah meretas batas untuk kopi. Tiket dibeli, namun, saya tidak pergunakan. Semata untuk membuktikan sistem punya rongga yang dapat disusupi. Pengalaman ini saya berbagi dengan Evert, mengakali hidup di ibukota negara, berdempetan masuk gate dan keluar bayar setengah. Kisah itu padahal adalah bukti pemberontakan, laknat miskin materi.

Di pusat perjudian Genting, di mana pengunjung dilarang masuk menggunakan sandal dilarang bawa kamera, justru saya ditemui seorang kawan dan dia terbelalak melihat saya meneteng kamera di lokasi itu. Tahulah kita, bahwa senyum dan keramahan jauh lebih bernilai ketimbang tiket dan uang tunai. Obrolan ini semalam digubris Riando, Maesa, dan saya, manakala kami bertutur e-payment seraya minum #WildMinahassaKoyaArabica.

Mengenang kisah. Desas-desus kopi mahal, orang miskin dilarang minum kopi. Kopi minuman Setan dan orang kafir. Orang-orang Belanda tahun 1598 mengenal kopi melalui tulisan seorang penjelajah, Paludanus. Di Inggris, penjelajah Anthony Sherley di tahun 1599 menuliskan perjalanannya di Timur Tengah dan bercerita tentang orang-orang kafir terkutuk minum minuman keras tertentu, yang mereka sebut ‘coffe’.

Di ruang tengah rumah Kolongan, saya sendiri. Membaca ‘Coffee Legends’. Kisah menarik menurut saya, boleh anda cermati di sini:

Konon, di kota Mocha, Yaman, hidup seorang tabib sekaligus sufi taat beribadah, namanya Ali bin Omar al Shadhili. Sebagai tabib, Omar terkenal dapat menyembuhkan penyakit dengan memadukan tindakan medis dan do’a. Namun sepak terjang Omar tidak disukai penguasa di sana. Dengan berbagai intrik Omar digosipkan bersekutu dengan setan untuk menyembuhkan pasiennya. Orang-orang di Mocha lalu mengusir Omar ke luar kota.

Setelah terusir, Omar berlindung di sebuah gua yang ia temukan dalam perjalanan. Ia mulai kelaparan dan menemukan buah berwarna merah. Omar memakan buah itu, mengusir rasa laparnya. Karena rasanya pahit, ia coba mengolah buah itu dengan cara memanggang dan merebusnya.

Namun biji kopi yang telah diolah Omar tetap tidak bisa dimakan. Ia hanya bisa meminum airnya. Tak disangka, air yang ia minum memberikan kekuatan ekstra.

Lama kelamaan, air seduhan buatan Omar mulai terkenal. Banyak orang memintanya. Hingga fenomena pemberi kekuatan itu terdengar penguasa kota. Omar dipanggil untuk kembali tinggal di kota. Obat mujarab berupa cairan hitam tersebut disebut dengan nama Mocha.

Cerita Omar dan Mocha itu boleh anda temui di situs Turkish Style Coffee.

Di masa kecil, saya diajar tabu kopi. Ibu-lah yang keras melarang saya tersentuh kopi. Tante, dan saudara senenek saya, selalu mencibirkan cerita lucu ketika saya masih bocah. “Ngana pe mama nyanda kase torang mo gendong pa ngana, tako jang sampe ta jangke makanan haram deng kopi. Maar, ngana ambe sandiri tu kopi di mok besar kong ngana minum sampe ngana pe muka kremos deng kopi,” kisah Roosje sambil terkekeh.

Duhai kemarin. Sambil duduk menikmat kopi di Somba Opu St No.36, Bulo Gading, saya membaca percakapan dua kawan tentang ayat-ayat suci. Polien Sarael dengan Je Suis Sebastian, ternyata berdiskusi ‘kopi terlarang’.

O, iya, Polien Sarael berbagi gambar perempuan memegang secangkir kopi di media sosial. Di gambar itu tertulis, “Karena itu saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasehatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus yang berkenan kepada Allah.” Je Suis Sebastian memulai dengan sebuah pertanyaan, “Apa hubungan ayat alkitab itu dengan gambar ya?”

Polien Sarael menanggap Je Suis Sebastian, “Apakah tubuh kita dapat disebut persembahan yang kudus jika kita dengan sengaja memasukkan hal-hal yang kita sudah tahu dapat merusak dan menggangu kesehatan tubuh kita misalnya, kafein?”

Je Suis Sebastian bilang, “Kopi tidak membahayakan bagi tubuh, malah menyehatkan.” Je, punya argumentasi, “Tidak ada kecanduan bila tidak berlebihan, kopi tidak berbahaya bagi tubuh. Namun, gula yang dicampur kopi menjadi racun. Maka, minumlah kopi tanpa gula pada pagi hari sehingga kopi menyegarkan bagi tubuh. Ayat itu tidak cocok untuk mengamarkan kesehatan anti kopi.”

Wanua dan Kopi

Angkat bicara soal kopi. Ivan R. B. Kaunang, menulis selintas sejarah kopi di Wanua. Sebagaimana sudah tertera, di Minahasa, kopi pertama kali ditanam di wilayah Remboken, tahun 1796. Bibit kopi didatangkan dari Jawa oleh seorang yang bernama Bastian Enoch.

Kaunang menyebut, dipastikan penanaman awal dilakukan di kaki Gunung Lengkoan atau yang sekarang masuk wilayah Desa Kasuratan. Hal ini dimungkinkan karena asal-usul nama Kasuratan ada hubungannya dengan banyaknya surat-surat yang masuk ke Kasuratan kepada pemilik-pemilik onderneming dahulu kala. Tanaman kopi mulai meluas peranannya di bagian tengah Minahasa sekitar tahun 1809, yang pada masa itu penduduk mulai menanam kopi secara sukarela. Tahun 1817, di wilayah tersebut dijumpai sekitar 80 ribu pohon kopi.

Sesudah peralihan kekuasaan di Minahasa dari pemerintah Inggris ke pemerintah kolonial Belanda, penanaman kopi mulai dilakukan di seantero Minahasa tanpa mempedulikan keadaan tanah yang cocok, iklim dan ketinggian.

Kaunang mengutip Wessels (1891), yang mencatat, ekspor kopi tahun 1818, 1819, 1821, 1822, dan 1829 berturut-turut dalam ukuran pikul, 200, 200, 300, 250 dan 600 pikul. Taulu sendiri mencatat hasil kopi tahun 1818, 1829, 1821, dan 1822 berturut-turut 200, 250, 200 dan 600 pikul. Harga sepikul ditetapkan f.10,- yang beratnya sekitar 61,75kg.

Monopoli kopi oleh pemerintah kolonial mulai dilaksanakan pada tahun 1822 dan sangat terasa pada tahun 1824 ketika cultuurestelsel mulai diterapkan. Seluruh hasil panen kopi harus dijual kepada pemerintah kolonial dengan harga yang sudah ditetapkan.

Cultuurestelsel baru berakhir dan dihapus tahun 1899. Sampai pada masa ini, pemerintah kolonial tetap berusaha mendorong penanaman tanaman selain kopi untuk diekspor, seperti cokelat, pala, hasi tenunan, termasuk membujuk penduduk menanam padi sawah.

Secara ekologi, kopi baik ditanam di daerah dataran tinggi seperti sekitar danau Tondano yang keadaan alamnya sangat menunjang. Pada masa itu, daerah Tondano keadaan alamnya memang iklim dan tanahnya menunjang bagi pertanian, utamanya tanaman kopi dan palawija. Tondano merupakan bagian dari Minahasa yang paling padat secara tradisional baik untuk penanaman kopi maupun untuk membangun sarana dan prasarana penunjang seperti membangun gedung penampungan kopi, yang disebut loji.

Kopi Remboken dari segi ekonomi hasilnya tidak terlalu rendah. Banyak pejabat Belanda mengakui bahwa ‘kopi Manado’ jauh lebih baik kualitasnya daripada ‘kopi Padang’ atau ‘kopi Jawa’, sampai paruh kedua abad sembilan belas. Dari segi kualitas atau sejumlah produksi, kopi Minahasa masih jauh dibanding Padang yang rata-rata menghasilkan 191.000 pikul per tahun dan Jawa yang mencapai dua juta pikul per tahun.

Seperti itu ditulis Kaunang, 11 Februari 2019. Tulisannya dimuat di kelung.com.

Penegasian Kopi

Tahun silam, saya mencatat selintas kopi: “Pada 1600, Paus Clement VIII, menegaskan mempertimbangkan bahwa budaya ngopi adalah bid’ah, karena itu berdosa bagi yang meminumnya. Tahun 1777 Raja Prussia sebarkan kritikan dan pelarangan kopi, dan mengumumkan bir sebagai minuman nasional Jerman Raya,” saya tera di status media sosial, 29 Juli 2019.

Kopi masuk lingkungan tahta suci Vatikan. Dibawa para pedagang muslim, minuman ‘aneh dan bikin penasaran ini’ sampai di tangan Paus Klemens VIII. Para imam dan penasehat Kepausan waktu itu hendak menunjukkan pada Paus Klemens VIII perihal minuman membahayakan dan meminta Paus Klemens VIII mengeluarkan larangan. Namun, yang terjadi sebaliknya. Setelah mencicipi minuman kopi, Paus Klemens VIII bilang, “Mengapa, minuman Setan ini sangat lezat, sangat disayangkan membiarkan orang-orang kafir menggunakannya secara eksklusif.’ Demikian ditulis Himam Miladi dalam artikel ‘Dari Mekkah Sampai Amerika, Sejarah Kopi yang Mengubah Wajah Dunia’, dimuat di kompasiana, 18 Maret 2018.

Kopi dinegasikan, apakah kopi terpinggir? Perang kopi jangan-jangan adalah juga perang ekonomi dan bisnis. Manakala kopi mulai menyebar ke negara-negara besar Eropa, pihak-pihak penentang angkat suara. Menurut Linda Civitello dalam ‘Cuisine and Culture: A History of Food and People’, pada 1679, dokter-dokter dari Prancis membuat catatan buruk tentang kopi. Dikatakannya, “…dengan penuh kengerian bahwa kopi membuat orang tak lagi doyan wine.” Serangan ini disusul oleh seorang dokter muda yang menganggap kopi bisa mengakibatkan keletihan, menimbulkan hal-hal buruk pada otak manusia, menggerogoti fungsi tubuh, serta biang keladi impotensi. Seperti itu ditulis Ahmad Makki, ‘Kopi yang Mengubah Eropa’. Tulisan ini dimuat di historia.id.

Rizky Wahyu Permana, di merdeka.com, 24 Desember 2015, mengurai lima kisah unik pelarangan kopi dari berbagai belahan dunia. Saya mengutip salah satu kisahnya larangan kopi di Swedia. Permana menyebut yang mana pelarangan kopi di negeri itu berlaku pada kisaran tahun 1746. Kopi minuman terlarang, dianggap serupa racun. Bahkan terdapat sebuah profesi khusus di kerajaan yang mencicipi apakah hidangan keluarga raja mengandung kopi atau tidak. Pada saat itu bahkan seorang pembunuh akan dihukum dengan minum kopi hingga mati. “Tentu saja membunuh dengan minum kopi ini membutuhkan waktu yang sangat lama karena tidak ada kandungan racun di dalamnya,” tulis Permana.

Denting cerita Abyssinia, tanah di Afrika sekitar Etiopia dan Eritrea. Dari sana sang kopi. Data bacaan ini ditulis William H. Ukers. 1922. ‘All about coffee’, The Tea and Coffee Trade Journal Company – New York. Disebut, memang tak banyak diketahui bagaimana orang-orang Abyssinia memanfaatkan tanaman kopi. Kopi sebagai minuman pertama kali dipopulerkan orang-orang Arab. Biji kopi dari Abyssinia dibawa pedagang Arab ke Yaman dan mulai menjadi komoditas komersial.

Di masa awal, bangsa Arab memonopoli perdagangan biji kopi. Mereka mengendalikan perdagangan lewat pelabuhan Mocha, kota di Yaman. Dari pelabuhan Mocha biji kopi diperdagangkan ke Eropa. Saat itu Mocha menjadi satu-satunya gerbang lalu-lintas perdagangan biji kopi. Itulah alasannya mengapa Eropa menyebut kopi sebagai Mocha.

Saya selalu mengulang, mencoba, terus mencoba. Bertualang dan minum kopi.

Entah anda meminumnya. Entah anda menegasikannya. Kopi sudah beredar bijinya dan ditumbuhkan sang alam di berbagai tempat di bumi.

Kenangan Kopi: Sebelum disentuh bibir, kopi adalah imajinasi.

Saya dan Maesa, tak pernah bosan menceritakannya. Ketika itu, dua hari silam. Menunggu senja hilang saya haturkan caturra finca santa isabel #koffië #guatemala pahit yang nikmat.

Manfaat Kopi

Albert Supargo di Kompas.com, 13 Agustus 2019, menulis yang mana kopi termasuk salah satu minuman paling populer di dunia, selasatunya di Indonesia.

Kopi tanpa gula, menurut Supargo, punya sepuluh manfaat. Di sini saya editkan ulasannya bagi anda:

Meningkatkan memori. Meminum kopi hitam di pagi hari dapat meningkatkan fungsi otak. Kopi hitam membantu meningkatkan daya memori dengan cara menjaga otak tetap aktif. Saraf-saraf aktif akibat meminum kopi hitam, juga menurunkan resiko terkena penyakit demensia.

Kopi membersihkan perut, sebab kopi memiliki sifat diuretic. Sifat ini membuat kamu seringkali ingin buang air kecil. Di saat inilah, racun-racun dan bakteri dalam tubuh akan keluar dalam bentuk urin. Ini membantu kamu membersihan perutmu dari berbagai macam bakteri.

Melindungi hati. Benarkah kopi menjaga hati? Sebagai organ yang melakukan ratusan fungsi penting, kesehatan hati kamu tentunya patut dijaga. Pasalnya, banyak penyakit-penyakit mematikan yang menyerang fungsi hati seperti hepatitis. Hasil dari riset  program perawatan medis Kaiser Pemanente menyatakan, orang yang minum empat cangkir atau lebih kopi hitam per hari memiliki risiko hingga 80 persen lebih rendah terkena penyakit hati.

Kopi membantu hidup lebih lama. Mengingat banyaknya manfaat kopi untuk tubuh, maka tidak salah bila disimpulkan bahwa kopi hitam membantu kamu untuk hidup lebih lama. Sebuah penelitian dari Sekolah Kesehatan Harvard menyatakan, minum kopi dikaitkan dengan penurunan 20 persen riesiko kematian pada pria dan penurunan risiko kematian 26 persen pada perempuan dalam rentan umur 18 – 24 tahun.

Kopi tingkatkan kinerja fisik, Kafein yang terdapat dalam kopi hitam merangsang sistem saraf kamu, memberi sinyal pada sel-sel lemak untuk memecah lemak tubuh. Kopi meningkatkan kadar epinefrin (adrenalin) dalam darah. Penelitian yang dilakukan bagian ilmu biomedis Universitas Luton menyatakan, kafein dapat meningkatkan kinerja fisik rata-rata 11-12 persen.

Tingkatkan jumlah antioksidan dalam tubuh dengan kopi. Bukan bercanda, kopi hitam adalah pembangkit tenaga antioksidan. Kopi hitam mengandung Vitamin B2, B3, B5, mangan, potasium, dan magnesium.

Stres merupakan masalah terbesar untuk tubuh. Pasalnya, stres merupakan penyebab banyak masalah kesehatan yang serius. Nah, kopi hitam mengurangi stres dan depresi. Minum secangkir kopi hitam membuat tenang, meningkatkan suasana hati sehingga boleh bertindak lebih baik. Kopi merangsang sistem saraf pusat dan meningkatkan produksi dopamin, serotonin, dan noradrenalin, neurotransmiter penting yang meningkatkan suasana tenang di hati.

Segelas kopi hitam dapat membantu kamu membakar lemak jahat di tubuhmu. Kafein ditemukan di setiap biji kopi menjadi salah satu dari beberapa zat alami yang terbukti membantu pembakaran lemak. Penelitian yang dilakukan Departemen Nutrisi di Universitas London menyatakan, kafein dapat meningkatkan laju metabolisme kamu hingga 3 sampai 11 persen.

Hal terpenting di dunia adalah bahagia. Kopi membuatmu bahagia. Ini juga salah satu solusi terbaik untuk melawan depresi. Sediakan dua cangkir kopi hitam setiap hari untuk mencegah depresi.

Kopi meningkatkan kinerja tubuh saat olahraga. Kopi hitam secara drastis meningkatkan kinerja fisik kamu dan membantu kamu mengeluarkan 100 persen potensi tenaga kamu saat melakukan olahraga. Hal inilah yang menyebabkan para pelatih olahraga merekomendasikan kopi sebelum memulai olahraga.

Saya mengenal kopi dalam petualangan. Menyusur rimba dan gunung, nyalakan api unggun, captikus, mie instan, ni’elus, jagung bakar, dan kopi kental. O, iya, sebelum lupa, ni’elus itu adalah nasi bungkus. Orang di Wanua menyebutnya demikian.

Seperti saat ini, saya menulis artikel ini seraya meminum secangkir kopi hitam. Bila kopi terlarang di bumi, saya akan meminumnya di neraka. (*)